Transaksi Industri Waralaba Diprediksi Tumbuh Hingga 15% Tahun Ini

Arief Kamaludin / Katadata
Stand Alfamart di area pameran
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
20/7/2018, 15.03 WIB

Bisnis waralaba semakin menggiurkan. Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho mengatakan transaksi bisnis waralaba rata-rata mencatat angka pertumbuhan 10% sampai 15% per tahun.

Menurut Andrew, industri waralaba (franchise) diperkirakan mampu mencetak transaksi Rp 7,5 triliun  pada tahun ini, lebih tinggi dari  transaksi tahun lalu yang mencapai Rp 7 triliun. Pertumbuhan ekonomi yang positif menyebabkan industri waralaba masih optimistis mampu mencetak angka pertumbuhan tahun ini.

“Setiap tahun ada kenaikan,  transaksi tahun ini diperkirakan total transaksi sebesar  Rp 7,5 triliun,” kata Andrew di Jakarta, Jumat (20/7).

Menurut data AFI,  jumlah waralaba terdaftar di Indonesia saat ini mencapai lebih dari  200 merek dengan total pekerja mencapai 5 juta orang. Menurut Andrew, pebisnis waralaba harus jeli melihat setiap peluang dan  tren pasar yang diminati konsumen seperti variasi produk, kemasan, dan pelayanan.

(Baca : Dorong Efisiensi, Alfamart Pangkas Belanja Modal Jadi Rp 2,3 Trilun)

Dia pun meminta pemerintah ikut aktif dalam melakukan pendampingan. Alasannya, banyak sektor yang bisa digali di Indonesia lewat skema waralaba, misalkan di bidang kuliner. Selain itu, penyebaran bisnis waralaba juga belum merata dengan 60% waralaba umumnya masih terkonsentrasi di kota besar dan sisanya di daerah.

"Kami berharap pemerintah melakukan pembinaan supaya mampu bersaing tidak hanya secara domestik tapi juga di luar negeri," katanya di Jakarta, Jumat (20/7). 

Adapun dalam gelaran International Franchise Expo 2018 di Senayan, Jakarta, pada 20-22 Juli 2018. Andrew  memperkirakan pameran tersebut bisa mencatat nilai  transaksi sekitar Rp 250 miliar.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tjahya Widayanti mengatakan prospek bisnis waralaba cukup menjanjikan, yang mana model bisnis tersebut  turut mendukung program ekonomi kerakyatan dan berkeadilan.

"Jadi dengan adanya sistem waralaba jadi suatu distribusi yang baik, dapat diterapkan untuk usaha baru yang belum bisa mengembangkan secara mandiri.," ujar Tjahja. 

Dia juga menyebut, pemerintah sudah melakukan upaya  pendampingan. Selain itu, pencarian bibit baru  sebagai uoaya pengembangan bisnis waralaba juga telah dilakukan, bahkan hingga keluar negeri.

(Baca : Fokus Digitalisasi, Alfamart Rem Ekspansi Gerai)

"Kami ke Jepang untuk mencari pasar ekspor bisnis waralaba," katanya.

Sebab, bisnis waralaba menurutnya juga memiliki potensi untuk dibawa keluar, misalnya ekspansi Alfamart ke Filipina. Di luar itu, potensi ekspor waralaba yang juga menarik untuk terus dikembangkanantara lain di bidang kuliner, busana, dan pendidikan

Tjahya juga menjelaskan bisnis waralaba memudahkan pemerintah untuk mengontrol harga karena umumnya jenis usaha ini memiliki rantai pasok dan sistem distribusi yang jelas. Namun, dia berharap  jenis waralaba bisa mulai menggarap sektor hulu, misalnya pertanian. “Saya pikir masih banyak kesempatan supaya produk agrikultur kita meningkat,” katanya.

(Baca juga : Penjualan Tumbuh Melambat, Laba Alfamart Anjlok 50%)