Pemerintah terus berupaya melobi pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait rencana mereka mempertimbangkan memberlakukan tarif impor terhadap 124 produk Indonesia. Langkah dilakukan setelah Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (United States Trade Representative / USTR) melakukan review penerima pembebasan tarif bea masuk barang-barang tertentu (Generalized System of Preferences/GSP) .
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan lobi dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengantisipasi meluasnya dampak perang dagang AS dan Tiongkok ke Indonesia serta menjawab evaluasi produk ekspor yang akan dikenakan tarif oleh AS.
“Kami sudah bicara dengan Duta Besar AS, kami juga sudah lama mengirim surat kepada Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR),” kata Enggar saat ditemui usai Rapat Koordinasi Terbatas di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko) di Jakarta, Jumat (6/7).
(Baca : RI Bentuk Kelompok Kerja Antisipasi Perang Dagang AS dan Tiongkok)
Dia berpendapat sikap AS kepada Tiongkok, Kanada, dan negara lawan dalam perang dagang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global. Oleh karena itu, dia menekankan jalur negosiasi dan diplomasi sebagai salah satu langkah awal untuk mengantisipasi meluasnya dampak perang dagang.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan pemerintah tengah mensimulasikan jenis-jenis komoditas apa saja yang bisa terdampak situasi perang dagang. Namun dia tidak menjelaskan secara detail jenis komoditas apa saja yang dimaksud. “Kami simulasikan untuk dua sampai tiga komoditas,” ujar Oke.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan evaluasi produk yang dilakukan AS dilakukan karena perdagangan AS dengan Indonesia mengalami defisit. Dia pun menghimbau pelaku industri untuk melakukan antisipasi.
Menurut Airlangga, pemerintah juga berencana membentuk kelompok kerja (working group) untuk mengantisipasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama dalam memperbaiki kinerja impor dan ekspor
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Hubungan Internasional dan Investasi, Shinta Kamdani, menjelaskan evaluasi produk Indonesia oleh pemerintah AS dilakukan secara umum. Menurutnya, Indonesia harus bisa mempertahankan GSP agar tarif ekspor ke AS tak mengalami lonjakan.
Pelaku usaha dan pemerintah pun telah melakukan upaya diplomasi. Evaluasi keduanya akan dilakukan bulan ini. “Kami lakukan public hearing, nanti akan ada panel pendukung dan panel oposisi,” kata Shinta.
Menurut Apindo, posisi Indonesia cukup baik dalam perang dagang AS dan Tiongkok. Alasannya, kedua negara tidak memiliki kapabilitas untuk melawan produk dagang di semua lini. Shinta pun menyarankan supaya pengusaha melihat sisi positif sebuah konflik sebagai peluang untuk menggenjot ekspor.
(Baca juga: Pengusaha Minta Pemerintah Waspadai Ketidakpastian Global)
Sejak tahun lalu, Amerika mendeteksi defisit perdagangan dengan Indonesia. Presiden AS Donald Trump memerintahkan penyelidikan atas "ketidakseimbangan perdagangan" antara Amerika Serikat dan 16 negara lain, termasuk Indonesia.
Saat ini AS sedang mempertimbangkan pemberlakuan tarif impor pada 124 produk Indonesia yang dikirim ke negerinya. AS juga tengah meninjau kembali program pembebasan tarif bea masuk terhadap impor barang-barang tertentu (Generalized System of Preferences/GSP) dari Indonesia, termasuk kayu lapis dan kapas.
Sementara produk non-GSP yang sedang ditinjau oleh pemerintah AS termasuk tekstil, produk pertanian, udang, dan kepiting.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Amerika merupakan salah satu dari tiga tujuan ekspor non-migas yang utama bagi Indonesia. Dalam empat bulan pertama tahun 2018, ekspor non-migas yang dikirim ke Amerika mencapai US$ 5,85 miliar atau naik 3,6% secara year-on-year. Jumlah ini menyumbang 10,9% dari total ekspor nonmigas pada periode Januari-April 2018.
Sementara itu, impor produk AS ke Indonesia naik 27,1% (yoy) menjadi USS $ 3,07 miliar pada periode Januari-April 2018. Meski demikian, Indonesia berada di posisi paling atas dalam hubungan perdagangan AS-Indonesia dengan surplus perdagangan US $ 2,78 miliar.
(Baca : Pemerintah Antisipasi Lonjakan Impor Dampak Perang Dagang Tiongkok-AS)