Kementerian Perdagangan RI mengharapkan peningkatan hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Palestina, melalui perumusan kerja sama Preferential Trade Agreement (PTA). Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita telah bertemu Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun untuk membahas lebih lanjut mengenai kesepakatan ekonomi kedua negara.
Pada 17 Desember 2017, Enggar melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dukungan politik dan ekonomi dengan Menteri Ekonomi Palestina Abeer Odeh. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kala itu juga telah memberikan pengesahan kesepakatan dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2018.
Enggar menjelaskan kedua pihak sepakat untuk membuka pintu perdagangan bebas tarif bagi seluruh komoditas. “Kami menargetkan untuk segera menyelesaikan PTA, kebanyakan masih perdagangan barang,” kata Enggar di Jakarta, Rabu (23/5).
(Baca : Indonesia Inisiasi Perundingan Dagang dengan Tiga Negara Afrika)
Enggar menjelaskan, kedua pihak rencananya akan membahas jenis produk apa saja yang nanti akan diperdagangka pada bulan depan. Saat ini, pihaknya menunggu pengesahan dari kepala negara Palestina.
Kementerian Perdagangan sebelumnya telah membuka impor untuk dua komoditas Palestina tanpa dikenakan tarif, yaitu kurma dan minyak zaitun. “Kami membuka pintu untuk semua produk Palestina, begitu juga mereka,” ujar Enggar.
Selain di sektor perdagangan dan politik, dukungan Indonesia untuk Palestina juga akan difokuskan untuk sektor pendidikan. Salah satunya, lewat pemberian beasiswa bagi pelajar Palestina di Universitas Gajah Mada.
(Baca : Jokowi Dorong Kerja Sama Ekonomi RCEP Tuntas Tahun Ini)
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun pun berterima kasih atas inisiasi pemerintah Indonesia, terutama dalam peningkatan kerja sama bilateral. “Kami akan mendiskusikan produk dagang dan memanfaatkan peluang untuk hubungan yang lebih baik,” katanya.
Data Kementerian Perdagangan mencatat, sepanjang 2017 ekspor Indonesia ke Palestina mencapai sebesar US$ 2,057 juta dengan beberapa komoditas andalan sepeperti kopi, teh, pasta, roti, parfum, dan sabun. Sementara untuk impor, Indonesia pada tahun lalu telah mendatangkan kurma Palestina senilai US$ 341 ribu.