Mendag Optimistis Target Pertumbuhan Ekspor 11% Tercapai

Arief Kamaludin | Katadata
Jajaran kontainer terparkir di pelabuhan ekspor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
26/4/2018, 20.11 WIB

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita optimistis bisa mencapai target pertumbuhan ekspor 11% tahun ini. Hal itu diungkapkan seiring dengan dicapainya kinerja positif pada neraca perdagangan periode Maret 2018.

“Meningkatnya ekspor bulan Maret memperkuat optimisme tercapainya target ekspor tahun 2018,” kata Enggar dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis (26/4).

Neraca dagang Maret 2018 mengalami surplus sebesar US$ 1,1 miliar. Surplus di Maret 2018 didukung oleh neraca perdagangan nonmigas yang surplus sebesar US$ 2,0 miliar. Sedangkan untuk neraca migas tercatta defisit US$ 900 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang kuartal I 2018 Indonesia surplus sebesar US$ 282,8 juta, jauh di bawah hasil dagang periode yang sama tahun 2017 dengan capaian US$ 4,1 miliar. Meski begitu, hasil positif neraca dagang pada Maret berhasil menutup defisit pada Januari dan Februari.

(Baca : Mengubah Tren Defisit, Neraca Dagang Maret Surplus US$ 1,09 Miliar)

Enggar menjelaskan tekanan terhadap neraca perdagangan triwulan I 2018 disebabkan oleh tingginya harga minyak mentah akibat adanya kenaikan harga minyak di pasar internasional.

Total ekspor Maret 2018 mencapai US$ 15,6 miliar, naik 10,2% dibanding Februari. Kenaikan nilai ekspor didorong peningkatan ekspor sektor nonmigas sebesar 11,7% menjadi US$ 14,2 miliar. Sebaliknya, ekspor migas turun 3,8% menjadi US$ 1,3 miliar.

Enggar mengatakan capaian ekspor kuartal I 2018 sebesar US$ 44,3 miliar, meningkat 8,8% dibanding tiga bulan pertama 2017. Peningkatan ekspor didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 9,5% menjadi US$ 40,2 miliar dan kenaikan ekspor migas sebesar 1,8% menjadi US$ 4,1 miliar. “Ekspor bulanan selama triwulan I 2018 memperlihatkan kinerja yang membaik dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.

Ekspor nonmigas ke beberapa negara selama periode tersebut juga tercatat meningkat signifikan, antara lain ke Tiongkok (35,1%), Jepang (19,8%), Hongkong (17,8%), Persatuan Emirat Arab (16,7%), dan Thailand (15,5%). Produk yang nilai ekspornya naik tinggi antara lain bijih, kerak, dan abu logam (891,1%); bubur kayu/pulp (42,9%); perhiasan/permata (38,0%); bahan bakar mineral (25,7%); ikan dan udang (22,8%); dan kertas/karton (22,2%).

Menurut Enggar, peningkatan ekspor yang relatif signifikan tersebut menunjukkan  membaiknya permintaan  produk ekspor Indonesia di pasar dunia.

Sementara itu, impor Maret 2018 mencapai US$ 14,5 miliar, terjadi peningkatan sebesar 2,1% dibanding impor bulan Februari 2018. Kenaikan disebabkan impor non migas, terutama barang modal.

(Baca Juga : Usai Ditegur Jokowi, Mendag Menaikkan Target Ekspor Jadi 11%)

Selain ekspornya meningkat, terjadi lonjakan impor dalam periode Januari–Maret 2018 menjadi US$ 44,0 miliar atau naik 20,1% dibanding periode yang sama tahun 2017. Alasannya, kenaikan impor dibanding kuartal I disebabkan kategori barang modal (27,7%), bahan baku/penolong (18,3%), serta barang konsumsi (22,1%).

“Kenaikan pada awal tahun menunjukkan sinyal pertumbuhan produksi industri domestik sebagai penggerak perekonomian,” kata Enggar.

Reporter: Michael Reily