Harga Beras Tinggi, Penyerapan Bulog Mulai Melambat

ANTARA FOTO/Rahmad
Tumpukan beras di Gudang Bulog di Lhokseumawe, Aceh, 31 Januari 2018.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
25/4/2018, 20.17 WIB

Penyerapan beras  oleh Perum Bulog mulai melambat seiring dengan masih tingginya harga gabah dan beras di tingkat petani. Bulog juga semakin kesulitan karena fleksibilitas harga sebesar 20% dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP)  saat ini sudah kembali  menjadi 10%.

Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi mengatakan pihaknya  tengah terkendala dalam menjaga kualitas penyerapan sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 dengan HPP ditambah fleksibilitas 10%. 

Inpres 5 Tahun 2015 menetapkan HPP beras sebesar Rp 7.300 per kilogram. Dengan fleksibilitas 20% harga beli Bulog di tingkat petani menjadi Rp 8.760 per kilogram. Sedangkan dengan fleksibiltas 10%, maka harganya turun jadi Rp 8.030 per kilogram.

Andrianto menyebutkan, fleksibilitas dari HPP sebesar 20% meningkatkan kemampuan serap Bulog jadi sekitar 20 ribu ton sampai 22 ribu ton per hari. Sementara fleksibilitas 10%, Bulog hanya bisa membeli beras sejumlah 13 ribu sampai 15 ribu ton per hari. “fleksibilitas sudah 10% sudah berlaku sejak 24 Maret,” ujarnya.

(Baca : Bulog Salurkan 400 Ribu Ton Beras Hingga Lebaran)

Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI)  di 23 kabupaten produsen beras menyebutkan, harga gabah kering panen pada April 2018  terpantau sebesar Rp 4.319 per kilogram. Sementara harga gabah pada April tahun lalu hanya Rp 3.800 per kilogram.

Bulog pun mendapatkan penugasan untuk menyerap  1,2 juta ton hingga Juni 2018. Sementara per 25 April 2018, Bulog telah membeli setara beras sebanyak 526.386 ton. 

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santos mengungkapkan pemerintah harus melakukan revisi aturan tentang HPP. Pasalnya, penyerapan besar-besaran bakal berakhir pada Mei 2018, sehingga Bulog dan pemerintah menyiapkan langkah guna mengantisipasi ketersediaan pasokan beras di bulan Juni.

Dwi memprediksi harga gabah dan beras tetap tinggi sehingga masih butuh kenaikan HPP. Fleksibilitas yang tidak dicabut juga jadi asumsi harga tetap akan tinggi. “Penyerapan dengan fleksibilitas 20% saja Bulog kesulitan,” ujarnya.

(Baca  Juga: Bulog Buka Tender 219 Ribu Ton Beras Impor dari India dan Pakistan)

Reporter: Michael Reily