Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan dibukanya perdagangan bebas (free trade agreement) antara Indonesia dan Uni Eropa bakal menggenjot ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga tiga kali lipat. Kemenperin berharap Kementerian Perdagangan mempercepat penyelesaian perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Sigit mengatakan, dengan diberlakukannya perdagangan bebas dengan Uni Eropa, bea masuk ekspor industri TPT ke Eropa dapat menjadi 0%. Saat ini, bea masuk ekspor industri TPT sebesar 12%. Sehingga, Kemenperin optimistis terbukanya perjanjian tersebut akan mendorong pangsa pasar tekstil Indonesia di dunia yang saat ini hanya sebesar 1,8%.
"(Dengan perdagangan bebas RI-Uni Eropa) ekspor naik sebesar 5-6% di dunia. Ini suatu harapan ke depan," kata Sigit di Akademi Komunitas Industri TPT Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/3).
(Baca: Asia Pasifik Bakal Jadi Kawasan Perdagangan Bebas pada 2020)
Sigit menyatakan Indonesia memiliki struktur industri TPT yang kuat untuk mampu bersaing di ranah global. "Artinya pasar di dunia masih sangat terbuka bagi ekspor kami," kata Sigit.
Menurut Sigit, perdagangan bebas dengan Uni Eropa penting karena kawasan tersebut memiliki kontribusi paling besar dalam ekspor industri TPT. Menurut Sigit, ekspor ke Eropa mencapai 30% dari total ekspor yang dilakukan selama 2017. "Nilainya US$ 5 miliar ke Eropa," kata Sigit.
Jika perdagangan bebas dengan Uni Eropa tak bisa dilaksanakan dalam waktu dekat, Sigit menilai kebijakan early harvest dapat dilakukan. Nantinya, produk tekstil yang diekspor dapat ditukar dengan komoditas lain dari Eropa untuk masuk ke Indonesia. "Apakah kami tukar dengan komoditas otomotif atau yang lainnya supaya bisa masuk ke Eropa," kata dia.
Sebelumnya desakan mempercepat perjanjian datang dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meminta pemerintah untuk mempercepat proses negosiasi perjanjian dagang dengan sejumlah negara.
(Baca juga: Pengusaha Tekstil Minta Pemerintah Percepat Perjanjian Dagang)
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang diolah API, total ekspor tekstil Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai US$ 11,83 miliar. Negara tujuan ekspor tekstil dalam negeri paling banyak adalah Amerika Serikat (AS) sebesar 32,34%, Uni Eropa 14,97%, dan Jepang 10,08%.
Sektetaris Eksekutif API Ernovian Ismy mengatakan API telah meminta agar pemerintah juga membuat perjanjian dagang, setidaknya dengan negara yang selama ini menjadi pasar terbesar produk ekspor Indonesia. Ernovian mengklaim permintaan ini telah disampaikan melalui surat resmi kepada pemerintah.
Menurutnya, Indonesia masih kalah cepat jika dibandingkan dengan Vietnam dalam kesepakatan perjanjian dagang. Padahal kualitas tekstil Indonesia sangat kompetitif dengan lebih dari 240 produk Indonesia yang sudah mendunia. Oleh karena itu, API juga meminta ada percepatan dalam negosiasi perjanjian dagang untuk meningkatkan ekspor tahun depan.