Kebutuhan Meningkat, Impor Gandum Diprediksi Capai 11,8 Juta Ton

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan mie tradisional Cina \"Misua\" yang berbahan terigu khusus di industri rumahan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/1/2017).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
20/2/2018, 17.23 WIB

Impor gandum diprediksi kembali meningkat tahun ini menjadi sekitar 11,8 juta ton. Tingginya permintaan gandum antara lain terus terdorong oleh besarnya kebutuhan industri makanan dan pakan ternak yang terus meningkat di dalam negeri.

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengungkapkan impor gandum di dalam negeri hingga saat ini diakui masih cukup tinggi. Dengan perkiraan impor gandum tahun ini mencapai 11,8 juta ton, konsumsi gandum terbesar masih akan terserap oleh industri tepung terigu nasional sebesar 8 juta ton. Sementara 3,8 juta ton sisanya, sebagian terserap untuk memenuhi kebutuhan sektor pakan ternak.


(Baca : Harga dan Mutu, Alasan Pelaku Industri Memilih Jagung Impor)

"Kebutuhan gandum tahun ini ada kenaikan sekitar 5%," ujar Ketua Umum Aptindo Franciscus Welirang kepada Katadata, Selasa (20/2).

Peningkatan kebutuhan gandum juga dinilai sejalan dengan meningkatnya penjualan komoditas tepung yang bisa mencapai 5%-6% dalam dua tahun terakhir.

Kebutuhan Indonesia untuk komoditas gandum saat ini  relatif tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor gandum Indonesia sepanjang 2016 mencapai 10,53 juta ton meningkat 42% dari tahun sebelumnya hanya 7,4 juta ton. Demikian pula nilainya juga naik 15,6% menjadi US$$ 2,4 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,08 miliar.

Adapun Australia menjadi negara pemasok terbesar gandum ke Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gandum dan meslin yang berasal dari Negeri Kanguru pada 2016 mencapai 3,5 juta ton atau sebesar 33% dari total. Sementara impor terbesar kedua dari Ukraina dan ketiga berasal dari Kanada.

Sementara itu, United States Development of Agriculture (USDA) dalam sebuah laporannya menyebut Indonesia diprediksi bakal menjadi negara pengimpor gandum terbesar dengan total volume sekitar 12,5 juta ton di 2017-2018. Dengan estimasi impor terebut, maka Indonesia berpotensi menggeser posisi Mesir yang secara tradisional telah menjadi pengimpor gandum terbesar dunia.

USDA memperkirakan peningkatan terjadi karena permintaan makanan yang tumbuh oleh banyaknya populasi Penduduk Indonesia. Meningkatnya pendapatan masyarakat juga disertai oleh kebutuhan akan pasta, mie instan, serta kebutuhan pakan. Adapun empat negara penyuplai gandum terbesar ke Indonesia menurut catatan USDA adalah Australia, Kanada, Ukraina, dan Amerika Serikat.

(Baca : Kerap Diprotes Soal Impor Jagung, Ini Jawaban Kemendag)

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menilai impor gandum untuk kebutuhan pakan ternak relatif tinggi antara lain terkait program swasembada jagung nasional. Jagung lokal yang diproteksi mengakibatkan impor gandum untuk pakan ternak meningkat.

“Akibatnya, impor gandum untuk pakan ternak melonjak drastis, tahun 2016 nilainya sangat tinggi mencapai 3 juta ton, itu pertama kali,” jelas Dwi.

Padahal, spesifikasi jagung yang ditanam petani Indonesia memenuhi standar sebagai pakan ternak. Namun, pemerintah memaksakan jagung yang ditanam untuk bahan pangan masyarakat.

Melihat hal tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman pun seakan menutup mata terhadap lonjakan impor. “Spesifikasi kualitas gandum untuk industri dan pakan ternak berbeda,” ujar Amran.

Reporter: Michael Reily