Indonesia dan Bangladesh berencana untuk memulai putaran perundingan Prefential Trade Agreement (PTA) pada semester pertama 2018. Percepatan perjanjian dagang merupakan arah kebijakan pemerintah untuk memperluas pasar ekspor ke negara nontradisional.
“Pemerintah punya tujuan untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Asia Selatan,” kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (19/1).
Iman menemui delegasi Bangladesh dipimpin oleh Additional Secretary Ministry of Commerce of Bangladesh Tapan Kanti Ghosh di Jakarta, Rabu (17/1) lalu. Kesepakatan lain yang dicapai adalah penyelesaian Terms of Reference (ToR) Trade Negotiating Committee (TNC) PTA dan pembahasan draf teks PTA pada pertemuan pendahuluan selanjutnya.
Pertemuan pendahuluan adalah tindak lanjut kunjungan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina di sela-sela KTT IORA di Jakarta, tahun lalu. Hasina berjumpa dengan Presiden Joko Widodo sepakat meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara, salah satunya dengan PTA.
Iman menjelaskan potensi perdagangan yang bisa dimaksimalkan kedua negara sangat besar. “Sebagai negara yang perekonomiannya terus tumbuh serta didukung dengan jumlah penduduk yang signifikan, Bangladesh berpeluang besar menjadi salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia di masa mendatang,” ujarnya.
(Baca juga: Indonesia Kejar Perjanjian Dagang dengan 4 Negara Eropa)
Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai US$ 1,33 miliar. Neraca perdagangan Indonesia dan Bangladesh pada tahun yang sama menunjukkan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 1,19 miliar.
Bangladesh menempati peringkat ke-23 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa sebesar 0,9%, menempati urutan ke-63 sebagai negara sumber impor utama Indonesia dengan pangsa sebesar 0,1%.
Ekspor Indonesia ke Bangladesh pada periode Januari-Oktober 2017 tercatat sebesar US$ 1,31 miliar atau naik 25,8% dari periode yang sama tahun 2016. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Bangladesh adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya, bubur kayu kimiawi, bangku penumpang untuk kereta atau trem, batu bara, serta kertas dan karton.