Bulog Ajukan Izin Impor 100 Ribu Ton Daging Kerbau Tahun Ini

Arief Kamaludin|KATADATA
Menurut Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, pemerintah melalui Bulog akan mencukupi kebutuhan daging untuk masyarakat selama bulan puasa hingga Lebaran nanti.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
19/1/2018, 12.50 WIB

Perum Bulog menyatakan rencana impor 100 ribu ton daging kerbau tahun 2018. Perhitungan didasarkan oleh kebutuhan masyarakat dan telah didiskusikan dengan Kementerian Perdagangan.

“Perhitungannya dari performa tahun lalu, rata-rata penjualan daging beku sekitar 6 ribu hingga 7 ribu ton setiap bulan,” kata Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti di Cirebon, Jawa Barat, Selasa (16/1) lalu.

Bulog juga mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadan dan Lebaran yang akan jatuh pada pertengahan tahun ini. Sementara, distribusi daging dilakukan melalui kerja sama dengan Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) dan pengusaha lain yang memiliki jaringan.

(Baca juga:  Waktu Mepet, Bulog Pesimistis Bisa Impor 500 Ribu Ton Beras)

Menurutnya, Bulog selalu menyimpan stok daging pada batas aman di kisaran 12-15 ribu ton. “Supaya beban biaya simpan tidak terlalu besar, kan cukup mahal,” ujar Djarot.

Djarot menjelaskan, saat ini Bulog telah menyampaikan rencana tersebut kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Setelah ada penugasan dari Kementerian BUMN, Bulog akan meminta rekomendasi dari Kementerian Pertanian, baru secara resmi mengajukan izin impor ke Kementerian Perdagangan.

Bulog pun menyiapkan Rp 1 triliun untuk melakukan impor daging kerbau. Negara asalnya kemungkinan besar masih dari India, sebab ketersediaannya tinggi dan kualitasnya baik, menurut Djarot. Ia juga menjamin daging yang diimpornya mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(Baca juga: Anggaran Gaji Rp 2 Triliun, Bulog Tak Akan Rekrut Pegawai Baru)

Rencananya, impor bakal dimulai pada Februari atau Maret mendatang. “Intinya kami menjaga supaya ada substitusi daging sapi supaya harganya tidak terbang,” ujarnya.

Reporter: Michael Reily