Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 5% hingga 7% pada 2018 dengan memperluas akses pasar tujuan. Rencananya, paling sedikit 13 perundingan perjanjian dagang bakal difinalisasi untuk mengejar target tersebut.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, nilai ekspor tahun 2017 mencapai US$ 170,3 miliar, meningkat dibanding tahun 2016 yang hanya sebesar US$ 145,2 miliar.

Dengan adanya perjanjian dagang dengan pasar potensial, Indonesia diharapkan dapat mengejar persaingan dengan negara-negara kompetitor komoditas seperti Malaysia dan Vietnam. “Setelah ada perjanjian perdagangan baru entry to force, bakal terasa di semester kedua 2018,” kata Enggar kepada wartawan di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1).

Ia mengungkapkan, perluasan pasar ekspor akan memicu peningkatan volume ekspor komoditas ke negara lain. Contohnya, penyelesaian perjanjian dagang dengan Cile akan menjadi penghubung ke Amerika Latin.

(Baca juga: Melorot Jelang Tutup Tahun, Harga CPO Diyakini Membaik pada 2018)

Enggar menyebutkan perundingan dagang yang bakal segera diselesaikan adalah dengan Australia, European Free Trade Association (EFTA), Iran, Uni Eropa, dan Regional Comprehensive Economics Partnership (RCEP). Sementara, perjanjian dagang yang diusulkan untuk difinalisasi adalah dengan Turki, Peru, Nigeria, Mozambique, Kenya, Morocco, Afrika Selatan, Sri Lanka, Bangladesh, dan Eurasia.

“Penyelesaiannya bakal menemukan tantangan, tapi kita tidak boleh mengeluh,” ujar Enggar.

Keuntungan perjanjian dagang, menurit Enggar adalah meningkatkan daya saing dengan pembebasan bea masuk untuk komoditas yang disepakati. Selain memperluas akses pasar, pemerintah akan meningkatkan pemasaran komoditas unggulan dengan misi dagang. Rencananya, selain minyak kelapa sawit, komoditas seperti produk otomotif, alas kaki, tekstil, dan furnitur akan terus dipromosikan ke negara lain.

(Baca juga: Batik Tembus Pasar Amerika dan Eropa, Ekspor Capai US$ 51 Juta)

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda menyebutkan misi dagang telah dilakukan ke Afrika, Jepang, Nigeria, Mesir, dan Rusia. Menurutnya misi dagang cukup efektif memanfaatkan celah untuk diekspor.

Catatannya, terjadi ekspor sebesar US$ 3,34 miliar ke Jepang dan US$ 175 juta ke Mesir. “Itu akan coba kita lakukan tahun 2018 ke negara lain di luar itu,” tutur Arlinda.

Reporter: Michael Reily