Produsen mainan Mattel Inc memusatkan kegiatan produksinya di Cikarang, Bekasi. Pabrik Mattel ini memasok 60% produk boneka Barbie ke seluruh pasar global, mengungguli produksi di Tiongkok.
“Jadi, enam dari sepuluh boneka yang beredar di dunia itu berasal dari Indonesia, dibuat dengan tangan-tangan terampil anak bangsa kita,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Cikarang, Bekasi, Senin (4/11).
Airlangga menilai Mattel yang memusatkan produksi di Indonesia menunjukkan industri nasional mampu bersaing di kancah global. Mattel merupakan pabrikan mainan global yang memproduksi berbagai mainan di antaranya Barbie, Hot Wheels, Fisher-Price, Thomas & Friends.
(Baca: Toys ‘R’ Us Amerika Bangkrut, Asia Masih Aman)
Mattel juga memiliki pabrik mobil mainan diecast di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 50 juta unit per tahun. “Itu pabrik Hot Wheels di Cikarang milik PT Mattel Indonesia. Industri otomotif mini lebih besar 50 kali dari otomotif benaran,” kata dia.
Airlangga pun menilai kinerja industri mainan memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional. Terlebih, industri mainan tergolong sektor padat karya yang berorientasi ekspor.
Hingga September 2017 ekspor komoditi mainan telah mencapai US$ 228,39 juta. Angka itu naik sebesar 8,97% dibandingkan periode yang sama pada 2016 sebesar US$ 209,59 juta.
Selain itu, industri mainan juga memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Airlangga menuturkan, industri mainan telah menyerap tenaga kerja sebesar 23.116 orang dengan nilai investasi sebesar US$ 14,76 juta pada 2016 dan mencapai US$ 9,52 juta sampai triwulan III/2017.
Adapun, nilai ekspor dari Mattel dalam kurun lima tahun terakhir rata-rata di atas US$ 150 juta per tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Mattel juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang.
"Aktivitas industri yang konsisten membawa dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Multiplier effects tersebut antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” kata Airlangga.
(Baca: Menperin: Sumbangan Pajak Industri Manufaktur Tumbuh 16,63%)
Kemenperin mendorong agar industri ini semakin produktif dan inovatif untuk menciptakan produk mainan yang mendidik serta menyenangkan. Dorongan ini nantinya akan diberikan berupa pemberian skema insentif baru berupa pengurangan pajak.
Airlangga mengatakan, skema insentif akan diberikan salah satunya untuk industri padat karya berorientasi ekspor melalui penghitungan berbasis jumlah penyerapan tenaga kerjanya. "Misalnya, mereka mempekerjakan sebanyak 1.000, 3.000 atau di atas 5.000 tenaga kerja. Itu kami akan berikan scheme tax allowance tersendiri. Ini yang sedang kami bahas dengan Kementerian Keuangan," ungkapnya.
Dorongan juga diberikan melalui upaya perlindungan produk dan pasar dalam negeri melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, penerapan SNI mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Selain itu, SNI akan memberikan jaminan terhadap produk yang masuk ke pasar domestik merupakan yang berkualitas dan aman bagi konsumen serta menembus pasar ekspor. “Standar produk merupakan technical barrier yang dapat diterima oleh seluruh negara, karena memberikan efek positif, antara lain menjamin keamanan, keselamatan dan kualitas produk,” terangnya.
(Baca: Kemenperin Janjikan Insentif Pajak 200% Bagi Investasi Sektor Vokasi)