Jadi Holding Tambang Beraset Rp 88 T, Inalum Bidik Saham Freeport

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Arviyan Arifin (kiri), Direktur Utama PT Inalum Budi Guna Sadikin (kedua kiri), Direktur Utama PT Timah Tbk. Mochtar Riza Pahlevi Tabrani (kedua kanan), Direktur Utama PT Antam Tbk. Arie Prabowo Ariotedjo (kanan) bertumpu
Penulis: Miftah Ardhian
29/11/2017, 20.26 WIB

Perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan resmi terbentuk, setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyepakati rencana pemerintah tersebut. Holding pertambangan ini pun segera menyusun rencana kerja dan rencana ekspansi untuk meningkatkan kinerja masing-masing perusahaan yang bergabung.

Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sebagai pimpinan holding, perusahaannya akan melakukan konsolidasi dengan tiga anggota holding lainnya yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Timah (Persero) Tbk., dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Setidaknya, butuh waktu 3-4 bulan untuk memfinalisasi rencana kerja dan ekspansi perusahaan.

"Inalum akan konsolidasi berempat. Otomatis asetnya dari Rp 21 triliun akan naik menjadi Rp 88 triliun dan kami terus terang akan bisa melakukan banyak sinergi karena memiliki banyak kesamaaan," ujarnya saat konferensi pers, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (29/11).

(Baca: Pemerintah Janjikan Valuasi Saham Freeport Selesai Bulan Depan)

Salah satu yang akan segera dilakukan adalah melakukan pembelian sisa saham PT Freeport Indonesia yang wajib didivestasikan, yakni sebesar 41,64 persen. Adapun, saat ini holding tambang telah memiliki 9,36 persen saham perusahaan tambang tersebut. Meski begitu, Budi mengaku tidak bisa menjelaskan lebih detail perkembangan rencana tersebut.

Budi hanya mengatakan secara umum, masyarakat memang memiliki perhatian khusus pada fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) yang akan dibangun Freeport untuk memproses konsentrat menjadi tembaga. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa induk BUMN tambang ini juga akan membangun smelter yang bisa mengolah bahan mentah tersebut menjadi produk yang lebih bernilai tinggi. Alasannya, tembaga yang ada di Indonesia memiliki kandungan emas dan perak yang sangat tinggi.

Menurutnya kunci dari holding tambang ini adalah hilirisasi. Contohnya, pertama, komponen rumah dan mobil saat ini lebih banyak menggunakan alumunium. Oleh karenanya, holding ini harus bisa menghasilkan produk tersebut. Kedua, produk nikel yang akan dibuat harus bisa semakin ke hilir, seperti stainless steel, bahkan hingga ke bahan baku pembuatan baterai.

(Baca: Target Masuk Fortune 500, Holding Tambang Siapkan Sinergi Operasional)

"Kami akan buat join study RnD. Kami juga akan chip in ke startup baterai dunia, bahkan kami ingin punya kantor di California hanya untuk chip in uang," ujarnya. Selain itu, holding tambang ini juga akan membuat produk metal yang baru. Holding tambang ini akan memproses timah langka yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Direktur Utama Antam Arie Wibowo Ariotedjo mengatakan pihaknya akan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1-1,5 triliun tahun depan. Beberapa rencana ekspansi yang akan dilakukan Antam bersama perusahaan lain dalam holding ini.

Pertama, membangun smelter grade alumina bersama dengan Inalum, yang akan memulai proses konstruksi 4-5 bulan ke depan. Kedua, sinergi Antam dan Bukit Asam (PTBA) untuk membangun pembangkit listrik di Halmahera Timur sebesar 100-120 megawatt (MW). 

(Baca: Termasuk Akuisisi Freeport, Aset Holding Tambang Bakal Tembus Rp 200 T)

Ketiga, sinergi dengan PT Timah, yakni terkait dengan jasa eksplorasi. Menurut Arie, Antam memiliki jasa eksplorasi yang lebih mumpuni dibanding perusahaan lainnya, terutama terkait geomine. Keempat, Antam akan melepas aset pembangkit listriknya ke PTBA yang akan digunakan untuk hilirisasi.

"Kami cari mitra yang punya kemampuan teknologi dan produksi. Mereka juga mampu melakukan financing terhadap proyeknya," ujarnya.

PT Timah menyiapkan capex Rp 2,8 triliun tahun depan. Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan selain sinergi dengan anggota holding, perusahaannya juga akan mengembangkan smelter baru untuk mengoptimalkan kapasitas yang ada saat ini. Lalu, ada juga pengembangan Wilayah Kerja (WK) pertambangan yang baru.

"Dalam waktu dekat kami umumkan WK baru untuk peningkatan cadangan dan produksi," ujarnya.

Sementara Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengaku telah menyiapkan capex Rp 4-5 triliun untuk 2018. Dana ini akan digunakan untuk melakukan beberapa ekspansi. Pertama, pengembangan energi listrik yakni pembangunan PLTU Sumsel 8 yang akan konstruksi pada awal tahun depan. Kedua, sinergi dengan Antam membangun PLTU untuk kebutuhan smelter di Halmahera Timur.

Ketiga, mengakuisisi PLTU milik Antam. Keempat, bekerja sama dengan Inalum untuk membangun pembangkit dengan kapasitas 2300 MW untuk kebutuhan pertambangan. Kelima, pengembangan logistik terkait dengan angkutan, yakni pengembangan kapasitas pelabuhan dan pengembangan jalur baru. Keenam, hilirisasi produk batu bara.

"Kami akan membuat produk downstream. Batubara itu kan bisa menjadi urea, petrochemical, LPG, melalui proses gasifikasi," ujarnya.

(Baca: Aturan Holding Jadi Sentimen Positif Saham BUMN Tambang)