Pemerintah akan menggandeng AEON untuk memasarkan Fast Moving Consumer Goods (FMGC) produksi Indonesia di Jepang. Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama ini merupakan salah satu agenda dalam misi dagang ke Jepang pada 28-30 November mendatang.
Nota kesepahaman itu akan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda dengan Chairman AEON. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang memimpin delegasi Indonesia berharap Jepang dapat menjalankan komitmennya untuk memberikan akses lebih luas bagi produk makanan, pertanian dan perikanan, serta jasa tenaga kerja terampil dari Indonesia.
“Selain itu, membuka peluang kerja sama untuk mendorong produk Indonesia masuk ke pasar Jepang melalui sistem distribusi retail yang ada di Jepang," katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin (27/11).
AEON merupakan salah satu jaringan retail terbesar di Jepang dengan lebih dari 3 ribu gerai yang tersebar di seluruh dunia. Sehingga, misi dagang dinilai dapat mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. Enggar juga bakal bertemu dengan President & CEO of Mitshubishi Corporation serta diaspora Indonesia yang berada di Jepang.
(Baca juga: Ekonomi Kuartal III Lima Negara ASEAN Melaju, Indonesia Tertinggal)
Selain itu, ia dijadwalkan bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko, Federasi Bisnis Jepang Keidanren, Secretary General of Liberal Democratic Party Toshihiro Nikai, bekas Perdana Menteri yang juga merupakan President of Japan–Indonesia Association (JAPINDA) Yasuo Fukuda. Pertemuan dimaksudkan untuk mempererat hubungan bilateral kedua negara.
Misi dagang ini akan diikuti 21 perusahaan yang terdiri dari berbagai sektor usaha, antara lain makanan olahan, produk herbal, tekstil dan produk tekstil, produk-produk kreatif (mainan, busana, furnitur, teknologi, dekorasi rumah), kertas, minyak kelapa sawit dan turunannya, minyak esensial, produk-produk manufaktur (ban, pupuk), serta energi terbarukan.
“Melalui misi dagang diharapkan pelaku usaha Indonesia dapat meningkatkan ekspor berbagai komoditas, baik yang selama ini telah masuk ke Jepang maupun yang belum," jelas Enggar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan nonmigas Indonesia-Jepang pada periode tahun 2012-2016 turun 14,70%. Namun, total perdagangan Indonesia-Jepang pada periode Januari-September tahun 2017 tercatat US$ 23,8 miliar dan memberikan surplus bagi Indonesia sebesar US$ 2,5 miliar. Angka itu juga naik 11,63% dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$ 21,3 miliar.
Produk ekspor utama Indonesia ke Jepang pada tahun 2016 antara lain batubara, biji tembaga, nikel, kayu lapis, udang, kertas dan produk kertas, minyak sawit dan turunannya, furnitur, kopi, alas kaki, pakaian, dan ban kendaraaan bermotor.
"Kami berharap, misi dagang ini dapat memperoleh hasil yang maksimal, sehingga ekspor ke Jepang dapat terus meningkat," ujar Arlinda.