Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri manufaktur besar dan sedang mengalami pertumbuhan sebesar 5,52 persen pada kuartal III tahun ini. Pertumbuhan ini terutama disumbang oleh peningkatan industri logam dasar dan makanan pada periode tersebut.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan industri logam dasar mengalami pertumbuhan sebesar 11,9 persen, sedangkan industri makanan tumbuh hingga 9,24 persen. Dengan porsi 27,1 persen, pertumbuhan industri makanan menjadi penyumbang utama positifnya laju industri manufaktur kuartal III.
"Ini akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (1/11). (Baca: Pengusaha Makanan Minuman Keluhkan Penjualan Terpukul Daya Beli Lemah)
Selain industri makanan dan logam dasar, industri manufaktur lain yang mencatat pertumbuhan positif, diantaranya bahan kimia yang naik 9,3 persen serta pencetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh 7 persen. Meski begitu, ada juga industri lainnya yang turun pada kuartal III, seperti seperti kertas dan barang dari kertas yang turun 2,7 persen serta industri komputer, barang elektronik, dan optik sebesar 1,7 persen.
"Jadi ada yang tumbuh tapi ada juga yang perlu dicermati," katanya.
Berdasarkan wilayah, Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan produksi industri tertinggi pada kuartal III sebesar 22,5 persen. Sedangkan DKI Jakarta dan Papua Barat menyusul di bawahnya dengan pertumbuhan 15,6 persen dan 11,1 persen.
"Yang turun pertumbuhannya di Aceh sebesar 16,1 penurunannya dan Sumatera Utara sebesar 9,5 persen," katanya. (Baca: Menperin: Sumbangan Pajak Industri Manufaktur Tumbuh 16,63%)
Bukan saja industri besar, pertumbuhan juga dialami oleh industri manufaktur mikro dan kecil yang masih tumbuh 5,3 persen dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ditunjang oleh industri komputer, elektronika, dan optik yang baik pesat 35,9 persen.
"Sedangkan yang turun adalah pengolahan tembakau dengan penurunan 21,9 persen," ujar Suhariyanto.