Perusahaan Baja Asal India Pertimbangkan Ekspansi di Indonesia

Agung Samosir | Katadata
Ilustrasi pabrik baja.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
1/11/2017, 10.11 WIB

Perusahaan baja asal India, Essar Steel melalui anak usahanya PT Essar Indonesia mempertimbangkan memperbesar kapasitas produksi menjadi 700.000 ton per tahun.  Saat ini, pabrik Essar Indonesia di Cikarang, Bekasi memproduksi baja galvanisasi sebesar 400 ribu ton per tahun.

Executive Director Essar Steel India Vikram Amin mengatakan, pihaknya selalu mempertimbangkan sesuatu sebelum hal tersebut dilaksanakan.   "Jika saatnya kami siap, kami akan memberitahu," kata Vikram di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (31/10). 

(Baca: Krakatau Steel dan Posco Bangun Klaster Baja Senilai Rp 53 Triliun)

 

 

 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menuturkan, peningkatan kapasitas pabrik Essar Indonesia masih dimungkinkan. Airlangga menuturkan, masih terus melihat kemungkinan rencana pengembangan kapasitas pabrik Essar Steel di Indonesia yang telah direncanakan sejak 2013. "Itu nanti upgrade saja, kami lihat nanti," kata Airlangga.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawa mengatakan, Essar Steel dalam pertemuan dengan Airlangga mengatakan bahwa industri baja saat ini sudah lebih baik. Hanya saja, mereka meminta agar pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap industri baja agar dapat lebih kompetitif.

"Mereka mengatakan pasar makin baik. Diharapkan nanti kalau ada rencana akan dipikirkan kemudian," kata Putu.  (Baca: Operasi Pabrik Krakatau Nippon Steel Mundur Jadi April 2018)

Putu mengatakan, membaiknya kondisi pasar industri baja merupakan imbas dari banjir produksi baja Tiongkok yang telah diatasi. Selama ini, Tiongkok mendominasi 50% pasokan baja di seluruh dunia.

Pemerintah Tiongkok disebut berjanji akan memangkas produksinya sebesar 150 juta ton dari kapasitas produksi sebesar 850 juta ton hingga 870 juta ton. Hal tersebut kemudian membuat harga baja di dunia kian melonjak. "Artinya dengan kondisi pasar yang semakin baik, jangan sampai kehilangan peluang," kata Putu.