Pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang mengeluhkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan. Beberapa pedagang bahkan mengaku enggan menjual beras medium karena HET yang ditetapkan terlalu rendah.
Pemilik UD Inti Jaya, Haji Mumun misalnya, kini mengaku lebih banyak menjual beras jenis premium ketimbang medium. “Harga gabahnya mahal, ongkos produksi beras medium tidak bisa menutup HET yang Rp 9.450 per kilogram,” ujarnya kepada Katadata, Selasa (4/10).
Menurutnya, batasan harga beras premium yang ditetapkan sebesar Rp 12.800 masih bisa diakali. Ia misalnya, mengaku sedikit menurunkan standar berasnya dari jenis premium asal Bandung menjadi Karawang. Meski, hal itu diakuinya telah menurunkan omzet hingga 30%.
“Maaf saja, konsumen tahu beras di Bandung lebih enak daripada yang lain,” katanya.
Penjual lain, Haji Aloy pun mengalami dilema serupa. Menurutnya, saat ini baik pedagang maupun konsumen masih sama-sama menyesuaikan diri. “Kalau jual beras medium harganya tidak masuk, jual beras premium kualitasnya sulit,” ujarnya.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi pun mengakui adanya tren baru dalam penjualan beras. Menurutnya, penjual di Pasar Induk Beras Cipinang kini memang lebih suka menjual beras premium. “Sekarang komposisinya sekitar 70% beras premium,” ujar Arief.
Yang pasti, Arief mengklaim, pasokan beras di Pasar Induk Cipinang masih stabil. Tercatat hingga kemarin, pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang mencapai 53 ribu ton. Sedangkan batas aman pasokan sekitar 30 ribu ton per hari.
Sementara, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian hari ini mengadakan bazar beras premium murah di Pasar Induk Beras Cipinang. Menurut Kepala Pusat Distribusi Cadangan Pangan BKP Riwantoro, langkah ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) binaan BKP menjual beras seharga Rp 8 ribu per kilogram. Penjualannya dilakukan melalui Toko Tani Indonesia. “Harganya bisa murah karena penjualan dilakukan dengan memotong rantai distribusi,” kata Riwantoro.
Hanya, saat para pedagang besar di pasar induk enggan menjual beras medium, harganya di tingkat pengecer terpantau tetap tinggi. Data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan menunjukkan, harga rata-rata beras medium di tingkat pengecer di Jakarta masih di kisaran Rp 11 ribu per kilogram, jauh dari HET yang ditetapkan.