Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita tengah menjalankan negosiasi dagang dengan Eurasia yang terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kyrgystan. Pembahasan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) ini ditargetkan rampung tahun depan.
Bila terwujud, perjanjian ini diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan Indonesia – Eurasia hingga melebihi dua kali lipat dari tahun lalu yang hanya US$ 2,3 miliar. "Targetnya US$ 5 miliar untuk Eurasia," kata Enggar kepada wartawan di auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (10/8).
Enggar yang pada 3 sampai 5 Agustus 2017 lalu melakukan misi dagang ke Rusia optimistis targetnya dapat tercapai. Sebab menurutnya, dalam pertemuan pekan lalu, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Perdagangan dan Industri Rusia Gleb Sergeevich Nikitin menunjukkan antusiasme yang sama. Rusia sendiri memegang posisi dominan dalam perdagangan di Eurasia.
(Baca juga: Atasi Ketimpangan, Pemerintah Gencar Revitalisasi Pos Lintas Batas)
Dia juga akan mengundang pihak Eurasia untuk datang ke Indonesia dengan tujuan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk mendorong percepatan pembahasan CEPA. "Mereka tidak mau join study tapi mereka langsung minta MoU," lanjut Enggar.
Dia menjelaskan, perjanjian kerja sama akan mengejar ketertinggalan pangsa pasar Eurasia dari Malaysia dan Vietnam. Disebut barang kedua negara sudah masuk lebih dulu daripada Indonesia sehingga jumlah ekspor Indonesia sedikit tergganggu.
Total perdagangan Indonesia-Eurasia mencapai US$ 2,3 miliar dengan nilai ekspor Indonesia US$ 1,28 miliar dan impor US$ 1,03 miliar. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 245,68 juta.
(Baca juga: Target Ekspor Mobil CBU Tahun Ini 200 Ribu Unit)
Produk ekspor utama Indonesia ke Eurasia antara lain, minyak sawit san produk turunannya, mesin-mesin, kendaraan ringan, kopra dan kopi. Sementara impor Indonesia dari Eurasia termasuk bahan kimia, logam setengah jadi dan senjata.