BMW Indonesia mengidentifikasi dua faktor yang dibutuhkan untuk pengembangan mobil semilistrik atau plug in hybrid di Indonesia. Kedua faktor itu adalah regulasi pemerintah dan ketersediaan infrastruktur.
Product Planning Manager BMW Indonesia Tami Notohutomo menyebut, dari segi regulasi, BMW Indonesia berharap pemerintah dapat menyediakan insentif pajak untuk mobil yang lebih ramah lingkungan.
Salah satunya adalah insentif bagi kendaraan yang tidak memproduksi karbondioksida (CO2 Incentive). "Kalau dengan insentif ini, harga nya bisa relatif murah," katanya di Gedung Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan, Jakarta, Selasa (8/8).
(Baca juga: Pemerintah Diminta Pakai Sumber Energi Terbarukan untuk Mobil Listrik)
Dari segi infrastruktur, Tami juga berharap adanya stasiun pengisi baterai di banyak tempat untuk memudahkan pengendara. Sebab, kendaraan plug in hybrid ini berjalan dengan kombinasi bahan bakar listrik dan minyak.
"Misal di pusat perbelanjaan, apartemen, sampai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)," katanya.
Tami mengatakan pengembangan mobil dengan konsep plug in ini merupakan satu langkah menuju mobil bertenaga listrik yang dicanangkan pemerintah. Hingga saat ini, BMW telah mengembangkan sistem plug in hybrid pada enam seri di antaranya seri 3, 5, 7, hingga X5.
"Kalau yang di Indonesia itu baru ada untuk seri BMW i," katanya merujuk pada salah satu seri mobil sport BMW. (Baca: Arcandra: Mobil Listrik Tak Bisa Hilangkan Ketergantungan Minyak)
Ada pun untuk saat ini BMW akan mengeluarkan salah satu jenis mobil plug in hybrid yang merupakan bagian dari X5. Mobil tersebut nantinya akan mengkonsumsi listrik 15 kilowatt per jam untuk jarak 100 kilometer. Sedangkan konsumsi bensin sebesar 30,3 kilometer per liter.