Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur berukuran kecil pada triwulan II kemarin hanya tumbuh sebesar 2,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal pada triwulan sebelumnya, industri ini masih bisa tumbuh hingga mencapai 6,63%.
Kepala BPS Suhariyanto mengaku pihaknya belum mengetahui penyebab rendahnya pertumbuhan industri manufaktur kecil ini. Industri ini didominasi oleh industri berskala kecil yang banyak terkendala seperti pemasaran dan permodalan.
"Memang terlihat (rendah pertumbuhannya) apalagi kalau dibandingkan triwulan I," kata Suhariyanto saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/8). (Baca: Menperin: Ramadan Jadi Momentum Dongkrak Pertumbuhan Industri)
Pada triwulan II tahun lalu, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil masih sangat besar, mencapai 6,56%. Rendahnya produksi triwulan II tahun ini dikarenakan banyak industri mengalami pertumbuhan yang negatif. Beberapa di antara industri yang turun adalah pengolahan tembakau (-14,3%), karet dan plastik (5,5%), peralatan listrik (4,4%), farmasi dan obat (-3,8%), dan barang galian bukan logam (3,6%)
Meski demikian, masih ada beberapa industri yang tercatat positif, seperti kertas, mesin dan perlengkapan, serta bahan kimia. "Industri kertas dan barang dari kertas masih tumbuh 23,3 persen," katanya. (Baca: Asosiasi Pengusaha Sebut Tiga Sebab Penjualan Retail Merosot)
Melambatnya pertumbuhan ini juga terjadi pada industri besar dan sedang, yang hanya tumbuh 4 persen pada kuartal II 2017. Padahal pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan produksinya masih bisa mencapaj 5,01 persen.
Suhariyanto mengatakan angka ini terlihat pada beberapa industri seperti kendaraan bermotor, industri minuman, industri tekstil, hingga barang galian bukan logam masih mencatat pertumbuhan minus pada kuartal II ini. Sedangkan pada industri sedang dan besar ditopang oleh industri barang logam sebesar 10,8 persen, farmasi dengan kenaikan 9,21 persen, hingga bahan kimia yang naik 8,9 persen.
"Tapi industri dengan share-nya (pangsa) besar seperti makanan yang porsinya 27 persen tetap tumbuh," katanya. (Baca: Industri Masih Lesu, Penjualan Listrik Semester I Cuma Tumbuh 2,4%)
Industri sedang dan besar di Provinsi Bangka Belitung menikmati pertumbuhan produksi terbesar pada kuartal II ini dengan besaran 20,5 persen. Sedangkan pertumbuhan produksi terbesar pada industri kecil berada di provinsi Kalimanan Utara dengan beaat 34,5 persen. Provinsi Aceh merupakan daerah dengan pertumbuhan produksi industri besar dan sedang paling minus yakni kontraksi 10,5 persen.
"Kalau untuk industri kecil yang minus pertumbuhan produksinya di Kalimantan Timur," katanya.