Lewat akuisisi, Grup Lippo ingin menjadi pemain terdepan di bisnis rumah sakit di Indonesia. Dalam kurun enam bulan pertama tahun ini, anak usahanya yaitu PT Siloam International Hospitals Tbk, agresif membeli rumah sakit di berbagai daerah. Total nilai akuisisinya hampir setengah triliun rupiah.
Berdasarkan catatan D’Inside, sejak awal tahun ini Siloam telah membeli empat rumah sakit. Pada Januari lalu, emiten berkode saham SILO ini membeli 100 persen saham RS Umum Sentosa Bekasi senilai Rp 26,50 miliar. Selain itu, membeli RS Grha Ultima Medika Mataram Rp 155 miliar.
Empat bulan berselang, tepatnya Mei 2017, Siloam kembali membeli 100 persen saham RS Umum Putera Bahagia Cirebon. Kali ini, nilai akuisisinya sebesar Rp 130 miliar.
Yang terbaru, melalui surat keterbukaan informasinya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis lalu (13/7), Siloam mengabarkan telah mengambil alih 100 persen kepemilikan aset dan saham RS Hosana Medica Bekasi. Nilai transaksi ini mencapai Rp 150 miliar. Jadi, dalam kurun enam bulan, Siloam telah membeli empat rumah sakit senilai total Rp 462 miliar.
Presiden Direktur Siloam International Ketut Budi Wijaya berharap, pengambilalihan kepemilikan rumah sakit ini dapat memberikan kontribusi langsung kepada pendapatan perusahaan dalam jangka pendek. “Selain itu meningkatkan kinerja perseroan pada jangka panjang,” katanya dalam surat keterbukaan informasi tersebut.
Pada kuartal I-2017, anak perusahaan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 40,42 miliar dengan laba per saham Rp 34,74. Kapitalisasi pasar SILO mencapai Rp 13,9 triliun per 12 Juli 2017.
Pasca aksi korporasi itu, Siloam kini mengelola 29 rumah sakit dan 16 klinik di 21 kota seluruh Indonesia. Siloam pun menjelma jadi perusahaan dengan jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia.
Jumlah rumah sakit yang dikelola dan dimiliki Siloam meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2010, perusahaan ini baru memiliki empat rumah sakit. Lima tahun kemudian pada 2015, jumlahnya sudah berkembang menjadi 20 rumah sakit.
Perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI tahun 2013 ini akan terus melanjutkan ekspansinya, baik secara alamiah dengan membuka rumah sakit baru maupun mengakuisisi rumah sakit yang sudah beroperasi. Sampai akhir tahun ini, Siloam menargetkan memiliki 50 rumah sakit yang tersebar di 25 kota.
Ekspansi kelompok usaha Lippo ini di tengah prospek cerah industri rumah sakit di Indonesia. Ada dua faktor penggerak pertumbuhan pasar rumah sakit. Pertama, peningkatan jumlah penduduk. Kedua, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Data pada laman situs web CIA, The World Factbook, menunjukkan populasi penduduk Indonesia pada Juli 2016 sebanyak 258,3 juta jiwa. Anggota masyarakat dengan usia 65 tahun ke atas sekitar 17,6 juta orang atau 6,8 persen dari total populasi.
Adapun, penduduk berusia 25-54 tahun tercatat sebanyak 110 juta jiwa atau 42,4 persen dari total jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk usia muda atau produktif ini dinilai dapat mendorong peningkatan belanja kesehatan yang mendatangkan efek positif bagi perkembangan industri rumah sakit.
Katalis pendorong lain bagi pertumbuhan pasar rumah sakit adalah program JKN. Industri rumah sakit diprediksi akan diuntungkan oleh pertumbuhan asuransi jiwa.
Berdasarkan data dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, rerata pertumbuhan majemuk tahunan premi asuransi jiwa pada 2010-2014 sebesar 12,64 persen menjadi Rp 121,62 triliun per akhir 2014.
Total pengeluaran untuk layanan kesehatan pun diprediksi terus meningkat. Pertumbuhan permintaan layanan kesehatan akan terus naik seiring membaiknya angka harapan hidup.
Dari sisi infrastruktur, rerata pertumbuhan jumlah rumah sakit di Indonesia pada 2011-2014 sebesar 10,94 persen. Pertumbuhan masif terjadi pada rumah sakit swasta yakni 34,12 persen sedangkan rumah sakit umum cuma 4,18 persen.