PT Jasa Marga Tbk sedang menjalani proses sekuritisasi atau penjaminan aset untuk membiayai ekspansi usahanya. Salah satunya adalah menjaminkan ruas tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) untuk memperoleh dana segar Rp 2,5 triliun hingga Rp 3 triliun. Aksi korporasi ini akan dijalankan pada Juli mendatang.
Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani mengaku masih mengkaji jangka waktu sekuritisasi dengan mempertimbangkan pendapatan perseroan Rp 700 miliar. Opsinya adalah antara tiga tahun atau lima tahun.
“Tahun kemarin (2016), pendapatan tol Jagorawi Rp 700 miliar. Kalau dikali lima tahun menjadi Rp 3,5 triliun,” ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (29/5). Perusahaan pelat merah ini berencana membidik perolehan dana Rp 2,5 triliun-3 triliun dari rencana tersebut.
(Baca: 13 Jalan Tol Masuk Daftar Tambahan Proyek Strategis Nasional)
Desi menjelaskan, Jasa Marga menggunakan skema sekuritisasi atas pendapatan (future revenue back securities) untuk memperoleh dana segar. Skema tersebut digunakan untuk ruas tol yang sudah lama beroperasi, termasuk Tol Jagorawi.
Dana yang diperoleh perseroan nantinya akan digunakan untuk pembangunan jalan-jalan tol yang masih membutuhkan investasi lebih dari Rp 70 triliun.
Assistant Vice President (AVP) Corporate Communication Jasa Marga Dwimawan Heru Santoso mengungkapkan, saat ini perseroan tersebut memiliki hak konsesi tol sepanjang 1.260 kilometer. Sepanjang 600 kilometer di antaranya telah beroperasi.
Hingga 2019, Jasa Marga menargetkan mengoperasikan ruas tol baru sepanjang 660 kilometer. Untuk membiayai ekspansi tersebut, perseroan telah menerbitkan saham baru (rights issue) pada 2016. (Baca: Pemerintah Ganti Dana Talangan Lahan 23 Perusahaan Jalan Tol)
Heru pun menyebut proses sekuritisasi future income untuk jalan tol yang telah beroperasi, termasuk ruas Jagorawi, sebagai suatu alternatif untuk memperoleh pendanaan. Selama ini, Jasa Marga masih menempuh langkah konvensional melalui pinjaman bank dan obligasi untuk mencari kucuran dana.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya mendesak BUMN melakukan sekuritisasi aset. Langkah ini dinilai penting bagi perusahaan-perusahaan pelat merah dalam mendapatkan dana segar untuk membiayai pembangunan infrastruktur lainnya. (Baca: Mulai Beroperasi, Tol Tanjung Priok Bisa Tingkatkan Daya Saing RI)
Jokowi mengingatkan, saat ini sudah bukan saatnya lagi bagi BUMN untuk terus menyimpan aset yang dibangun. Ia menyebut, masih banyak BUMN yang memiliki aset berupa jalan tol dan memanfaatkannya agar mendapat pemasukan setiap bulan.
“BUMN senangnya memiliki (aset). Setiap bulan dapat income dari tol itu, tapi itu sudah kuno,” ujar Jokowi dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2017 di Jakarta, Rabu (26/4).