Keputusan Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat kredit Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) akan menambah minat para investor asing masuk ke dalam negeri. Tak cuma di instrumen-instrumen investasi, kabar dari S&P itu diramal akan memicu kian derasnya investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) ke Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan, kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi oleh S&P melengkapi penilaian dua lembaga pemeringkat internasional lainnya, yakni Fitch Rating dan Moody's. Jadi, semestinya risiko investasi di Indonesia akan menurun.
Lantaran risiko menurun, investasi di Indonesia baik langsung maupun portofolio seharusnya juga bisa meningkat. Bahkan, investasi asing itu bisa mengalir dan dinikmati oleh daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa. (Baca: Dapat Rapor Hijau dari BPK dan S&P, Sri Mulyani Harap Investasi Naik)
"Kami harap FDI memberi lapangan kerja yang luas bagi rakyat Indonesia. Kami harap FDI tidak hanya berinvestasi di Pulau Jawa, tapi juga di luar," kata Agus di Jakarta, Senin (22/5).
Selain itu, dia berharap FDI yang masuk juga bisa melengkapi peta industri di Indonesia. Artinya, bisa memperkuat sektor-sektor usaha berorientasi ekspor terutama yang memberi nilai tambah. Jadi, ekspor Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan produk-produk yang berorientasi bahan mentah.
Selain itu, FDI yang masuk juga didorong ke sektor industri penyedia bahan baku dan barang modal sehingga ujung-ujungnya dapat mengurangi impor. "Kami harap FDI yang bisa mengisi bagian pada sektor industri yang selama ini belum cukup terisi, untuk melengkapi pohon industri di Indonesia," ujar Agus.
Ia mencatat, S&P memberi penekanan pada langkah pemerintah mengelola fiskal dam kebijakan BI menjaga moneter sebagai indikator kenaikan peringkat kredit. Selain itu, S&P mengapresiasi reformasi struktural yang dilakukan pemerintah dalam memangkas birokrasi dan meningkatkan nilai tambah, sehingga ekonomi bisa tumbuh berkesinambungan.
Apalagi, sudah ada upaya pemerintah memperbaiki peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Bussiness/EODB) oleh Bank Dunia. (Baca: IHSG Cetak Rekor Baru Berkat Peringkat Layak Investasi dari S&P)
Ke depan, kenaikan peringkat dari S&P ini juga bisa menurunkan beban bunga utang pemerintah. Sebab, dari sisi premium rate yang selama ini mengacu pada peringkat utang juga akan menurun. Premium rate ini menjadi biaya tambahan, yang diperhitungkan dalam menetapkan imbal hasil (yield) dan harus dibayar kepada investor.
"Bagi Indonesia akan langsung berdampak ke cost of borrowing (biaya pinjaman) kami lebih murah. Kami bisa terima prospek FDI dan portfolio lebih besar," kata Agus. (Baca: S&P Akhirnya Kerek Peringkat Utang Indonesia Jadi Layak Investasi)
Sementara itu, Ekonom Riset Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan, kenaikan peringkat bisa menurunkan beban bunga utang untuk kebutuhan pendanaan pemerintah dan swasta, khususnya dalam proyek infrastruktur. Kenaikan peringkat juga akan mengerek investasi langsung dan mendorong pertumbuhan ekonomi 5,1 persen tahun ini.
"Kenaikan rating dan investasi langsung, juga semakin meyakinkan prediksi kami sebelumnya atas membaiknya investasi swasta di 2017," ujar Leo dalam laporan risetnya.