Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan keseriusan pemerintah Indonesia dalam menghidupkan lagi sektor manufaktur. Sebab, sektor tersebut merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut dia, sektor manufaktur berkontribusi besar dalam meningkatkan produktivitas domestik yang berperan dalam menyokong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Maka itu, pemerintah telah merancang sederet strategi guna mendorong sektor manufaktur. (Baca juga: Ekonomi Membaik, Bank Dunia Ramal Kemiskinan di Indonesia Susut)
"Produktivitas di sektor manufaktur telah mendukung pertumbuhan TFP (Total Factor Productivity/produktivitas menyeluruh) di Indonesia, namun secara keseluruhan pertumbuhannya masih rendah,” kata dia saat memberikan sambutan dalam Seminar East Asia Pacific Department (EAP) on Unleashing Productivity di Kantor Bank Dunia, Washington D.C., Amerika Serikat, seperti dikutip dalam siaran pers, Jumat (21/4).
Ia pun memaparkan strategi-strategi yang sudah ditempuh pemerintah untuk menghidupkan kembali sektor manufaktur. Strategi yang dimaksud yaitu memfasilitasi pertumbuhan industri pendukung; memperbaiki infrastruktur: jalan, pelabuhan dan energi; meningkatkan iklim investasi; dan mengoptimalkan industri nasional untuk bergabung dengan global value chain (rantai jaringan produksi global).
Selain itu, deregulasi yang berkelanjutan dalam bidang logistik dan distribusi; menjamin ketersediaan faktor pendukung produksi dengan harga yang kompetitif, khususnya energi; penyediaan tenaga kerja yang terampil untuk meningkatkan produktivitas subsektor manufaktur; serta meningkatkan pendidikan melalui pendidikan konvensional dan kejuruan. (Baca juga: Demi Jual iPhone 7 di Indonesia, Apple Investasi Rp 585 Miliar)
Adapun dalam hal ketersediaan tenaga kerja, Sri Mulyani menyatakan Indonesia memiliki bonus demografi lantaran 60 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 39 tahun. "Oleh karena itu, dalam lingkungan yang berubah dimana persaingan global semakin ketat, Indonesia pada dasarnya memiliki banyak potensi dalam mengembangkan kewirausahaan, terutama bagi pengusaha muda dan perempuan," ujarnya.
Mengacu pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi di sektor manufaktur terus menanjak setidaknya dalam lima tahun belakangan. Sepanjang 2012-2016, realisasi investasi di sektor manufaktur tumbuh di kisaran 40-50-an persen saban tahun. Terakhir pada 2016 lalu, realisasi investasi di sektor itu mencapai Rp 335,8 triliun atau bertumbuh 54,8 persen dibanding tahun sebelumnya.
(Baca juga: Pengusaha Minta Gubernur Baru DKI Pangkas Aturan Penghambat Investasi)
Adapun, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja industri manufaktur besar dan sedang tercatat menurun. Hal tersebut terpantau dari perlambatan pertumbuhan produksi. Pada 2014 dan 2015, pertumbuhan produksinya mencapai 4,76 persen, namun turun menjadi 4 persen tahun lalu.
Sebaliknya, industri manufaktur mikro dan kecil tercatat mengalami pertumbuhan produksi. Pada 2014 pertumbuhannya mencapai 4,91 persen, lalu naik menjadi 5,71 persen pada 2015, dan terkahir mencapai 5,78 persen, tahun lalu.