Wika Targetkan Utang Cina untuk Kereta Cair Akhir Februari

Suasana ekspo Jaringan Kereta Cepat Negara Tiongkok di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Pameran menampilkan beragam jenis kereta cepat dan pembangunan stasiun kereta yang telah dipergunakan di negara Tiongkok yang rencananya juga akan di pergunak
26/1/2017, 10.50 WIB

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk menargetkan kepastian pencairan pinjaman China Development Bank (CDB) untuk proyek kereta cepat, dapat ditandatangani pada akhir bulan Februari mendatang. Ini seiring dengan selesainya beberapa urusan perjanjian antara konsorsium pembangun proyek ini dengan China.

Direktur Utama Wika Bintang Perbowo mengatakan beberapa perjanjian yang sudah bisa diselesaikan, salah satunya facility agreement. Saat ini hanya tinggal beberapa urusan administrasi saja yang masih dibahas. "Mestinya akhir Februari selesai dan bisa financial closing," kata Bintang di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/1).

(Baca: Dana Pembebasan Lahan Proyek Strategis Kurang Rp 8,2 Triliun)

Bintang menjelaskan meski pinjaman dari Cina belum cair, tapi pihaknya sudah melakukan beberapa proses awal konstruksi, seperti tes tanah (soil test) pada 500 titik dari total 2.000 titik yang diuji. Adapun pendanaan untuk proses awal konstruksi awal ini Wika masih menggunakan ekuitas sendiri sebesar Rp 2,4 triliun.

Dana ini digunakan untuk pembangunan 26 kilometer panjang lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung. Dia menjelaskan lokasi awal pembangunan proyek ini berada di wilayah perkebunan teh Walini. Lokasi ini lebih mudah dibangun karena lahannya milik PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang juga ikut dalam konsorsium proyek ini.

"Jadi awalnya kami bangun dulu dengan panjang 26 kilometer," katanya. (Baca juga:  Utang dari Cina Belum Final, Proyek Kereta Cepat Terhambat)

Proses pembangunan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung berjalan lambat. Sejak peletakkan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Januari tahun lalu, hingga sekarang proyek ini belum juga memasuki tahap konstruksi. Penyebabnya, pembiayaan proyek yang rencananya didanai dari Cina tersebut masih belum rampung.

Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Suradi Wongso mengungkapkan penandatanganan kontrak konstruksi proyek kereta cepat senilai Rp 17 triliun belum dapat dilakukan. Padahal, penandatangan kontrak itu semula ditargetkan akhir Agustus 2016.

Suradi menjelaskan, penyebabnya adalah belum adanya finalisasi pembiayaan (financial closing) antara China Development Bank (CDB) dengan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). Sekadar informasi, KCIC adalah perusahaan patungan pembangun dan pengelola proyek kereta cepat yang beranggotakan perusahaan Cina dan konsorsium BUMN, termasuk WIKA.

Sedangkan CDB adalah pemberi pinjaman proyek kereta cepat tersebut. "Belum jadi (konstruksi), kami masih tunggu financial closing," kata Suradi. (Baca juga:  Konsorsium Kereta Cepat Belum Penuhi Syarat Utang dari Cina)