Bank Indonesia (BI) menyatakan kegiatan dunia usaha terindikasi melambat pada kuartal IV 2016 lalu. Hal tersebut mengacu pada hasil survei kegiatan dunia usaha. Perlambatan terjadi di berbagai sektor bisnis, mulai dari pertanian hingga pertambangan. Namun, kondisinya diprediksi berbalik membaik pada awal tahun ini.
Berdasarkan survei BI, nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha tercatat hanya 3,1 persen pada kuartal IV 2016 atau merosot 10,1 persen dibanding kuartal sebelumnya. Penurunan terjadi lantaran SBT beberapa sektor tercatat minus. “Kegiatan usaha pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan SBT -4,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian SBT -1,82 persen,” demikian tertulis dalam hasil survei dunia usaha yang dilansir BI, Rabu (11/1).
(Baca juga: Perusahaan Bakrie Tunggak Gaji, Pekerja Pertanyakan Kontrol SKK Migas)
Meski begitu, kapasitas produksi terpakai tercatat stabil. Hasil survei menunjukkan rata-rata kapasitas produksi terpakai sebesar 76,28 persen pada kuartal IV 2016, turun tipis dari kuartal sebelumnya yang sebesar 76,21 persen.
Adapun kondisi likuiditas perusahaan diklaim 55,56 persen responden masih cukup baik. Sebanyak 40,89 persen responden bahkan menyebut kondisi likuiditas pada kuartal IV 2016 lebih baik dari kuartal sebelumnya. Hanya 3,55 persen yang menyatakan kondisi likuiditas lebih buruk.
Di sisi lain, kemampuan perusahaan mencetak laba atau rentabilitas juga tercatat membaik dari 36,6 persen pada kuartal III 2016 menjadi 37,4 persen pada kuartal IV 2016.
Sejalan dengan perlambatan kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja yang minus 1,93 persen, makin melambat dari posisi kuartal sebelumnya yang minus 1,85 persen. Penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi utamanya pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
Sementara itu, tekanan harga jual terindikasi melemah. Hal tersebut tercermin dari nilai SBT yang turun dari 11,90 pada kuartal III 2016 menjadi 11,35 persen pada kuartal IV 2016. Penurunan harga jual terutama terjadi pada sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang SBT-nya tercatat minus 0,13 persen. Khusus untuk bank, SBT-nya minus 91 persen.
(Baca juga: Pajak Rokok Terus Naik, Pengusaha Cemas Penjualan Kian Anjlok)
“Menurut responden pada subsektor bank, penurunan harga jual sejalan dengan tren penurunan suku bunga tabungan dan deposito, serta meningkatnya persaingan dengan pelaku usaha sejenis,” tulis BI.
Meski kegiatan dunia usaha terindikasi melambat, kegiatan investasi tercatat meningkat pada kuartal IV lalu. Hal itu tercermin dari SBT realisasi investasi yang sebesar 10,88 persen, lebih tinggi dibandingkan 7,92 persen pada kuartal sebelumnya.
Peningkatan kegiatan investasi terjadi pada sektor industri pengolahan dengan SBT sebesar 2,44 persen. Selain itu, peningkatan investasi juga terjadi sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan dengan SBT 2,24 persen.
Mengacu pada hasil survei, kegiatan usaha diperkirakan meningkat pada kuartal I 2017 ini. Hal ini tercermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha kuartal I 2017 yang meningkat menjadi sebesar 6,73 persen. Peningkatan kegiatan usaha terutama didorong oleh membaiknya kinerja usaha sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
(Baca juga: Banyak Kapal Ikan Kecil, Pemerintah Dorong Industri Galangan)
Menurut 49,61 persen responden, peningkatan kinerja usaha sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan diperkirakan terjadi sejalan dengan faktor musiman tibanya musim panen padi dan palawija di periode triwulan I.
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian juga diperkirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut terindikasi dari kontraksi SBT yang membaik dari minus 1,82 persen menjadi minus 1,08 persen.