Sepanjang 2016, inflasi tercatat sebesar 3,02 persen. Meski terendah sejak taun 2010, ada dua komoditas pangan yang diidentifikasi sebagai penyumbang inflasi terbesar.
“Andil komoditas pangan terhadap inflasi 2016 yang paling tinggi hanyalah cabai merah dan bawang merah,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Hal itu berbeda dengan tren yang terjadi pada 2015, saat inflasi mencapai 3,35 persen. Saat itu, beras menyumbang inflasi sebanyak 0,31 persen, daging ayam ras 0,15 persen, dan bawang merah 0,15 persen. “Inflasi 2016 justru menunjukan tidak ada kontribusi beras dan daging ayam ras,” kata Enggar.
(Baca juga: Inflasi 2016 Sebesar 3,02 Persen, Terendah Sejak 2010)
Pada tahun 2017, Kementerian Perdagangan akan memfokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan, penyerapan produksi dalam negeri, dan revitalisasi pasar tradisional.
Dalam soal pengendalian stok, Enggar menyampaikan ke depan akan dilakukan intensifikasi penerapan Tanda Daftar Gudang (TDG) pada gudang-gudang penyimpang barang kebutuhan pokok. Ia juga berkomitmen untuk mengaktifkan kembali tim panel ahli harga barang kebutuhan pokok untuk evaluasi kebijakan harga.
Sementara, terkait dengan upaya mengurangi disparitas harga antara kawasan Indonesia barat dan timur, Kemendag akan mengembangakan gerai maritim sebagai penyangga stok barang kebutuhan pokok.
(Baca juga: Jelang Tahun Baru, Harga Cabai Rawit Terus Naik)
Selain itu, selama 2016 Kementerian Perdagangan telah melakukan revitalisai di 878 pasar tradisional. Dari jumlah itu, 168 pasar diperbaiki dengan dana tugas perbantuan dan 710 pasar melalui Dana Alokasi Khusus APBN.
Rencananya, pada 2017 Kemendag berkomitmen akan membangun pasar rakyat sejumlah 272 unit dari dana Tugas Perbantuan. Sementara, untuk memenuhi target 1000 pasar seperti yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo, sisanya akan bersumber dari Dana Alokasi Khusus yang sudah teralokasi ke kabupaten/kota.
(Baca juga: Menteri Amran Klaim Keberhasilannya Capai Kedaulatan Pangan)