Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor tumbuh 5,6 persen tahun ini. Target ini diharapkan tercapai melalui perluasan pasar dan diversifikasi produk melalui perundingan perdagangan internasional.
Target kenaikan ekspor tersebut merupakan koreksi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang sebelumnya ditetapkan sebesar 11,9 persen.
(Baca juga: Harga Komoditas dan Tax Amnesty Bisa Dukung Target Pajak 2017)
Bagaimanapun, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui bahwa target tersebut masih terbilang ambisius. Sebab, sepanjang Januari – November 2016, kinerja ekspor turun -5,63 persen. Begitu juga, dari sisi impor mengalami penurunan sebesar -5,94 persen.
“Seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lesu, Presiden menekankan agar cari terobosan, harus lihat kesempatan baru yang ada,” kata Enggar di kantornya, Rabu (4/1/2016).
Selain itu, pemerintah juga ingin mempertahankan surplus pada neraca perdagangan. Sebab, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), hingga November 2016, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 7,79 miliar.
(Baca juga: Industri Kecil Targetkan Produksi Alas Kaki Senilai Rp 24,25 Triliun)
Surplus pada perdagangan nonmigas disumbang oleh lima negara, antara lain Amerika Serikat, India, Filipina, Belanda, dan Pakistan dengan total surplus sebesar $ 22,1 miliar.
Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama
Tahun ini, Kementerian Perdagangan telah membidik beberapa kawasan baru untuk memperluas pasar ekspor. “Kita menjalin perundingan dangan dengan negara-negara di seluruh Afrika, India, Pakistan, Bangladesh, Srilanka. Juga dengan kawasan Eurasia, Iran dan Timur Tengah,” katanya.
(Baca juga: Ekspor Perikanan 2017 Ditargetkan Naik Dua Kali Lipat)
Beberapa perundingan dagang dan kerjasama ekonomi yang akan dikebut tahun ini adalah dengan Uni Eropa, Australia, Turki, Rusia, Korea Selatan, Jepang, Peru, Cile dan Iran.