Bank Indonesia (BI) menilai pentingnya pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia. Sumber baru pertumbuhan itu setidaknya bisa diharapkan dari tiga basis sektor UMKM.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pengembangan UMKM tidak hanya bagian dari upaya melestarikan citra budaya daerah melainkan juga untuk sumber pertumbuhan ekonomi. Dengan munculnya kegiatan ekonomi baru diharapkan dapat memberikan nilai tambah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
"Ini juga dapat menjaga ketahanan rumah tangga," ujar Agus dalam acara pameran UMKM binaan BI di Jakarta, Jumat (26/8). (Baca: Badan Kreatif: UKM Berpotensi Melaju ke Pasar Global)
Menurut dia, selama ini UMKM memberikan kontribusi sekitar 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, UMKM juga menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja di Indonesia. Bahkan, berperan menjadi katalisator perekonomian Indonesia, terutama saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998.
Agus mengidentifikasi UMKM yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk dikembangkan, yaitu UMKM berbasiskan budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Pertimbangannya, tiga basis usaha tersebut yang tidak dimiliki negara lain.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri kreatif selama periode 2010-2013 telah tumbuh sekitar 5,6 persen dan menyerap tenaga kerja 10,7 persen. Dengan begitu, berkontribusi terhadap PDB sekitar 7 persen.
Sedangkan dalam kurun waktu yang sama, sektor pariwisata telah menyumbangkan sekitar 10 persen dari PDB. Karena itulah, sektor-sektor ini harus terus mendapat perhatian dari pemerintah untuk dikembangkan. (Baca: Tiga Langkah Sri Mulyani Dorong UMKM)
Namun, Agus mengakui, masih ada berbagai hambatan dalam pengembangan UMKM. Hambatan tersebut berupa adanya keterbatasan permodalan, keterampilan manusia, dan persaingan di kawasan regional dengan produk asing. Tapi, BI berharap adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat memberikan kemudahan dalam permodalan UMKM.
"Kalau di negara maju bank sentral boleh fokus saja ke fiskal dan moneter. Tapi di Indonesia sebagai negara berkembang, pengembangaan UMKM harus menjadi fokus BI," ujar Agus. (Baca: UKM Diharapkan Bisa Mudah Deklarasi Aset secara Online)
Di tempat yang sama, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Triawan Munaf mengaku terus melakukan promosi terhadap produk UMKM. Namun, tantangan yang harus dihadapi terkait ketersediaan data dan pengembangan usaha. Pengembangan usaha itu meliputi kualitas dan kemasan, infrastruktur usaha, akses pemasaran, persoalan hak kekayaan intelektual, hingga akses permodalan.
Bekraf tengah mengkaji smeua persoalan itu dan diharapkan dapat diselesaikan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. "Pendekatan penyelesaian tersebut, melalui adanya pendekatan pengembangan ekosistem lewat kedeputian di Bekraf yang masing-masing diterjemahkan dalam strategi kegiatan," ujarnya.