Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Kementerian Perindustrian mengkaji implementasi standar emisi EURO 4 dalam pembuatan kendaraan. Sebab, kendaraan yang diproduksi di Indonesia -sebagian masih memakai EURO 2 dan 3- perlu menjadi kendaraan ramah lingkungan.
Penggunaan standar EURO 4 juga akan memacu ekspor otomotif Indonesia. “Bagaimana standar ini menjadi bagian dari manufakturing kita,” kata Kalla dalam pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE-BSD City, Serpong, Kamis, 11 Agustus 2016. (Baca: Di Paris, Jokowi Janji Turunkan Emisi 29 Persen Lewat Tiga Bidang).
EURO adalah European Emission Standards, yaitu standar emisi kendaraan bermotor di Eropa. Standar yang mengacu pada penghitungan kadar emisi gas buang ini -seperti Carbon Monoxide (CO), Hydrocarbon (HC), dan Carbon Dioxide (CO2)- kemudian diadopsi oleh beberapa negara lain.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan akan membuat peta jalan penggunaan standar EURO 4. Roadmap ini nantinya menjadi pegangan industri otomotif dalam membuat dan merakit kendaraan ramah lingkungan.
Meski demikian, Airlangga juga meminta PT Pertamina segera menyediakan volume bahan bakar yang besar untuk memenuhi ketentuan gas buang tersebut. Dia menargetkan pada 2019 seluruh kendaraan telah menggunakan standar yang sama dengan negara-negara Eropa. (Baca: Upaya Menekan Subsidi Solar dengan Varian Baru).
“Selain dengan Pertamina, kami bahas masalah ini dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” kata Airlangga.
Namun Direktur Pemasaran Pertamina Achmad Bambang mengatakan bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi EURO 4 baru dapat diberlakukan secara menyeluruh pada 2020. Di sisi lain, dia khawatir dengan daya beli masyarakat. Sebab, harga bahan bakar EURO 2 saat ini, Pertamax, masih dinilai relatif mahal.
Makanya di-switch pelan-pelan dari Premium, Pertalite, Pertamax,” kata Bambang.
Sementara itu, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menyambut baik wacana pemerintah tersebut. Saat ini, Indonesia merupakan satu dari tiga negara Asia yang masih menggunakan EURO 2, yakni Laos dan Myanmar. (Baca: Tertinggal Dari Sri Lanka, Pemerintah Genjot Energi Terbarukan).
Sepakat dengan pernyataan Kalla, Yohanes pun memprediksi implemantasi EURO 4 akan membuka peluang ekspor lebih besar. “Karena kami juga harus memikirkan untuk memperbesar ekspor,” katanya.