Sudah empat dekade lebih Batam menjadai kawasan industri terpadu. Daerah tersebut terus berkembang dan menjadi incaran para investor terutama setelah pembangunannya dikelola Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam hingga menjadi zona perdagangan bebas.
Namun, belakangan pamornya redup seiring tumpang tindih kebijakan antara Badan Pengelolaan (BP) Batam dan Pemerintah Kota Batam. April lalu pemerintah membentuk Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas Batam untuk mengatasainya.
Langkah ini diharapkan memutus dualisme kewenangan tersebut. Sebab, suasana tak harmonis menyulitkan investor berusaha di sana. Bahkan, sekitar 30 persen investor di Batam sempat mengancam akan hengkang. (Baca: 30 Persen Industri di Batam Ancam Hengkang ke Luar Negeri).
Dengan ini pemerintah akan menghidupkan lagi Batam menjadi kawasan tujuan investasi utama. Mulai kemarin, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani berkunjung ke Batam untuk melihat kesiapan tersebut.
Franky menyatakan Batam merupakan kawasan ekonomi pertama yang dimiliki Indonesia yang menjadi tujuan investasi investor asing maupun domestik. “Dari pertemuan dengan BP Batam, ada kesamaan persepsi perlunya sinergi untuk mengembalikan Batam sebagai tujuan investasi utama,” kata Franky dalam keterangan resminya, Jum’at, 15 Juli 2016.
Menurutnya, pamor Batam sebagai daerah tujuan investasi dalam beberapa tahun terakhir berada di bawah daerah lainnya. Padahal, dari sisi kesiapan maupun fasilitas infrastruktur, Batam tergolong prima. (Baca: Bali, Batam, dan Bintan Berpotensi Jadi Pulau Tax Havens).
Dalam tinjaun tersebut, Franky mengunjungi beberapa perusahaan, di antaranya studio film dan rumah produksi Infinite. Infinite merupakan studio film terbesar di Asia Tenggara dengan luas 7,6 hektare, dan saat ini sedang diperluas 3,2 hektare.
Studio milik perusahaan Indonesia ini telah digunakan untuk berbagai film seperti “Hitman”, “Blackhat”, dan “Jocker Game”. Infinite telah meraih enam penghargaan yang popular di Amerika Serikat yakni Emmy Awards.
“Studio tersebut juga memproduksi film-film animasi seperti film-film Nickelodeon, Disney channel, serta film animasi cerita rakyat Jepang, Brunei, dan lain-lain,” ujar Franky. (Baca: Pemerintah Gelar Tiga Audit ke BP Batam).
Usaha ini, dia melanjutkan, memperlihatkan bahwa Indonesia siap untuk mengembangkan industri kreatif, terutama dari sisi talenta atau tenaga muda untuk industri kreatif. Infinite menjadi salahsatu aset ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia.
Sementara itu, Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam Gusmardi Bustami mengatakan bahwa kunjungan ini menunjukkan bahwa Batam siap menjadi tujuan investasi di bidang ekonomi kreatif maupun sektor lainnya. “Kami siap bersinergi dengan BKPM untuk mempromosikan potensi investasi yang ada di Batam,” katanya.
Hadir juga dalam kunjungan tersebut di antaranya Direktur Promosi Sektoral BKPM Ikmal Lukman dan Direktur Perencanaan Infrastruktur BKPM Heldy S. Putera. Selain mengunjungi studio Infinite, kunjungan ke Batam tersebut juga dimanfaatkan untuk melihat perkembangan operasional beberapa perusahaan. Di antaranya kunjungan ke lokasi usaha Citramas Group yakni Pelabuhan Ferry Nongsa Terminal Bahari, lalu ke Nongsa Point Marina dan Turi Beach resort & hotel.
Kunjungan dilanjutkan ke kawasan industri Kabil Integrated Industrial Estate (KIIE). Di kawasan ini rombongan melihat pabrik produsen pipa pengeboran minyak ukuran besar dan kecil yang produksi diekspor ke berbagai negara. Juga melihat pabrik pembuatan rig untuk onshore maupun offshore. (Lihat pula: Bantah Investor Hengkang, Status Batam Segera Diputuskan).
**Catatan
Artikel ini telah diperbaharui pada Selasa, 19 Juli 2016. Semula aline ke sembilan menyebutkan Upin-Ipin bagian dari produksi Infinite. Namun perusahaan tersebut melalui Bella Public Relation menyampaikan Upin-Ipin bukanlah produksi mereka.