KATADATA - Usai memberikan sambutan dalam acara Sidang Senat Terbuka Lustrum ke-8 Universitas Sebelas Maret (UNS), Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana meninjau pembangunan Waduk Gondang di Karanganyar, Jawa Tengah. Namun, di tengah perjalanan rangkaian iring-iringan mobil presiden memasuki Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Trigayan.
Jokowi tiba di gudang tersebut pada pukul 10.45 WIB dengan didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hal ini sebenarnya di luar agenda yang telah dijadwalkan sebelumnya. Jokowi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke gudang tersebut untuk mengecek secara langsung kesiapan Bulog menstabilkan cadangan pangan nasional. Sidak ini dilakukan di saat yang tepat, karena banyak sawah di daerah tersebut sudah memasuki masa panen. (Baca: Selain Bulog, Pemerintah Tugaskan BUMN Distribusikan Pangan)
Ternyata kekhawatiran Jokowi terjawab. Setelah mengecek secara langsung fakta di gudang tersebut, dia menyimpulkan bahwa Bulog tidak siap menghadapi musim panen sekarang. Di tengah produksi petani yang sedang melimpah, Bulog tidak bisa menyerap hasil gabah tersebut dengan baik. Padahal seharusnya Bulog bisa lebih mudah membeli langsung gabah-gabah dari petani yang mulai panen. Karena pemerintah sudah menyiapkan anggaran yang cukup untuk hal ini.
Dia pun ingin mengetahui dan mencari langsung akar masalahnya. "Apa gabahnya yang kurang kering, atau masalah storage (kapasitas gudang penyimpanan) sulit. Ini yang akan saya cek," kata Jokowi dalam keterangan resmi yang diterima Katadata usai sidak tersebut, Jumat (11/3). Dia mengaku selama ini sudah sering melakukan pengecekan secara rinci mengenai permasalahan serapan gabah dari petani oleh Bulog. (Baca: Mendag Usul Bangun Cold Storage Raksasa untuk Simpan Makanan)
Setelah berkeliling melihat kondisi gudang, Jokowi merasa kesiapan Bulog masih kurang. Untuk fasilitas pengeringan misalnya. Dalam satu hari mesin yang dimiliki Bulog bisa mengeringkan gabah hingga 80 ton. Kapasitas ini dinilai cukup besar. Seharusnya Bulog bisa menampung gabah hasil panen saat ini. Namun, pada kenyataannya, dalam satu minggu mesin tersebut hanya mampu mengeringkan 20 ton. Jauh dari kapasitas yang ada.
Permasalahan di lapangan ini yang belum bisa terjawab. Ada beberapa faktor yang mungkin bisa menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya faktor kelambanan respons dan langkah Bulog melakukan pembelian dari petani yang sudah mulai memasuki masa panen. Hal ini membuat volume gabah yang didapat sedikit, karena petani sudah menjualnya ke pihak lain. Faktor-faktor ini yang masih harus dipelajari oleh Jokowi.
Presiden memperingatkan Bulog agar tidak menunda pembelian gabah saat panen tiba. Bulog hanya memiliki waktu dua bulan untuk bisa memaksimalkan penyerapan produksi gabah dari petani. "Karena sekarang yang diharapkan petani adalah mereka panen dan ada gabah diserap agar harganya nggak jatuh," kata Jokowi. (Baca Ekonografik: 3 Kali Harga Pangan Picu Deflasi)
Selain itu, hasil inspeksi mendadak (sidak) di beberapa gudang Bulog mendapati banyak mesin yang tidak bisa berjalan dan mengalami kerusakan. Bahkan ada beberapa mesin penggilingan padi (rice mills) dan silo atau tempat penyimpanan yang sudah sembilan tahun tidak beroperasi. Mesin pengering pun baru berjalan ketika Jokowi datang ke gudang tersebut.
“Sudah kami cek beberapa gudang. Tidak hanya satu tempat, dua tempat. Kalau perlu saya puterin semuanya (gudang Bulog)," ujarnya.
Permasalahan pasokan beras ini cukup menjadi fokus pemerintah. Sebenarnya pasokan beras yang ada bisa mencukupi kebutuhan nasional. Namun, karena tata kelolanya yang kurang baik, berkali-kali cadangannya defisit. Penghujung tahun lalu saja pemerintah terpaksa mengeluarkan kebijakan impor beras hingga 1 juta ton. (Baca: Jokowi Restui Impor Beras dari Vietnam)