Investor Taiwan Akan Bangun Industri Petrokimia Rp 34 Triliun

www.barito.co.id
Katadata Petrokimia
Penulis: Safrezi Fitra
10/3/2016, 12.33 WIB

KATADATA – Industri petrokimia mulai menarik minat investor. Salah satunya investor asal Taiwan yang telah menyatakan niatnya untuk menginvestasikan dana sebesar US$ 2,5 miliar, setara dengan Rp 34,75 Triliun dengan kurs dolar Amerika Serikat Rp 13.900.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan saat ini investor tersebut masih mencari lokasi yang tepat untuk membangun pabrik ammonia dan mega-methanol. Pencarian lokasi ini mempertimbangkan ketersediaan gas bumi yang dibutuhkan sebagai bahan baku. Kemungkinan pabrik ini akan dibangun berdekatan dengan sumber gas.

Pembangunan dua pabrik ini masing-masing membutuhkan lahan seluar 100 hektare yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama digunakan untuk memproduksi amonia sebesar 600 ribu ton per tahun dan tahap kedua untuk memproduksi megamethanol 1,8 juta ton per tahun.

Petrokimia ini, kata Franky, termasuk salah satu industri yang strategis. Dari bahan Ammonia dan Mega-methanol saja dapat menghasilkan banyak produk turunan, seperti consumer textile, industrial textile, engineering plastic, resin, karet dan acrylic fiber. Produk ini bisa menjadi subsitusi impor. Industri ini merupakan prioritas BKPM sejak tahun lalu.

“BKPM akan terus mengawal sampai tuntas realisasinya, termasuk masalah lokasi proyek dengan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan,” ujar Franky dalam keterangan resminya, hari ini (10/3). (Baca: Kawasan Industri Teluk Bintuni Terganjal Pasokan Gas Tangguh)

Selain prioritas penanaman modal, nilai investasi di sektor petrokimia ini juga sangat besar. Sehingga masuknya investasi dari Taiwan tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian realisasi investasi tahun 2016 sebesar Rp 594,8 triliun. Dari target tersebut, kontribusi penanaman modal asing dipatok paling besar, yakni 65 persen atau sebesar Rp 386 triliun dari total investasi yang masuk.

Kepala Bidang investasi Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei Mohamad Faizal pun menyatakan kesiapannya untuk mengawal secara intensif semua investasi dari Taiwan. Saat ini BKPM dan KDEI tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memfasilitasi keperluan investor.

“Kami sudah mengagendakan pertemuan antara perusahaan dengan SKK Migas untuk membicarakan langkah-langkah terkait realisasi pembangunan proyek,” ujarnya. Peran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dibutuhkan untuk menyediakan dan menjamin pasokan gas bumi bagi investasi petrokimia.

Menurut Faizal, industri petrokimia merupakan industri strategis yang cukup besar dampaknya bagi Indonesia. Industri ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia dan bisa merangsang tumbuhnya industri turunan. (Baca: Tak Terserap, 18 Kargo Gas Akan Dijual di Pasar Spot)