KATADATA - Sektor konsumsi terus menopang pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, investasi perusahaan makanan pun melejit. Hal itu terlihat dari rencana penanaman modal industri ini yang mendominasi sektor manufaktur sepanjang 2015.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperlihatkan pengajuan izin prinsip di sektor makanan sejak awal tahun ini hingga kemarin mencapai Rp 184,92 triliun. Jumlah ini setara 32,31 persen dari total keseluruhan rencana investasi di sektor manufaktur sebesar Rp 572,29 triliun. (Baca: Kuartal III 2015, Produksi Industri Padat Karya Menurun).
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana penanaman modal tersebut melonjak lebih dari tiga kali lipat. Rencana investasi ini terdiri dari penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 21,19 triliun dan penanaman modal asing sebesar Rp 163,73 Triliun. “Menunjukkan sektor ini masih menjadi penggerak pertumbuhan sektor manufaktur dalam beberapa tahun mendatang,” kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam siaran resminya, Rabu, 30 Desember 2015.
Menurut Franky, kenaikan rencana investasi sektor makanan juga mengindikasikan upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai menampakkan hasil. “Agar Indonesia menjadi basis produksi dan tidak hanya sebagai pasar bagi produk ASEAN lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat produksi industri manufaktur besar dan sedang secara keseluruhan pada kuartal ketiga tahun ini mencetak pertumbuhan. Dibandingkan periode sama tahun lalu, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal ketiga 2015 naik 4,22 persen Pencapaian itu didukung oleh kenaikan produksi industri farmasi 15,31 persen, industri pengolahan 13,53 persen, dan industri mesin serta perlengkapan sebesar 8,28 persen.
Namun, industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja malah menderita penurunan produksi. Antara lain, produksi industri pakaian menurun 12,01 persen, industri minuman turun 7,38 persen, dan industri alat angkutan lainnya luruh 5,71 persen.
“Penurunan sektor padat karya terjadi pada industri manufaktur besar dan sedang. Untuk produksi makanan saja yang baik, tumbuh 7 persen,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, awal bulan lalu. (Baca juga: Pertumbuhan Rencana Investasi Pemodal Domestik Melampaui PMA).
Berdasarkan data tadi, kenaikan produksi manufaktur terbesar terjadi di Provinsi Aceh yaitu 15,4 persen. Disusul oleh Provinsi Maluku yang mencatatkan kenaikan produksi manufaktur 12,2 persen dan DKI Jakarta naik 11,3 persen. Adapun penurunan produksi manufaktur terjadi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 9,15 persen, Sumatera Barat 3,96 persen, dan Jawa Tengah 3,1 persen.