KATADATA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada November 2015 mengalami defisit sebesar US$ 346,7 juta. Ini merupakan defisit dagang pertama sepanjang 2015 setelah selama 10 bulan terakhir mencetak surplus.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, defisit dagang tersebut lantaran nilai ekspor pada November lalu mencapai US$ 11,16 miliar atau turun 7,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor mencapai US$ 11,51 miliar atau naik 3,6 persen dari Oktober 2015. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia periode Januari−November 2015 mencapai US$ 138,4 miliar atau menurun 14,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Adapun laju penurunan nilai impor Januari–November 2015 lebih dalam yaitu 20,2 persen menjadi US$ 130,6 miliar.
"Pertama kalinya dalam tahun ini neraca perdagangan kita defisit," katanya saat konferensi pers BPS mengenai perkembangan ekspor-impor November 2015 di Jakarta, Selasa (15/12). Namun, total neraca perdagangan tahun ini masih mencatatkan surplus US$ 7,8 miliar.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan neraca dagang November 2015 masih akan surplus seperti 10 bulan terakhir. Pasalnya, neraca dagang saat ini diandalkan untuk menekan defisit transaksi berjalan (CAD). Sedangkan kontribusi transaksi modal dan finansial terhadap transaksi berjalan saat ini sulit diharapkan di tengah tren gejolak di pasar modal dan keuangan. “Kami koordinasi dengan Menteri Keuangan dan Menko Perekonomian membicarakan masalah itu. Kami sambut baik rencana pemerintah memperbaiki CAD,” katanya.
Penurunan ekspor pada November lalu akibat menurunnya ekspor nonmigas sebesar 10,8 persen menjadi US$ 9,6 miliar. Sebaliknya, ekspor migas naik 14,7 persen menjadi US$ 1,6 miliar. Peningkatan ekspor migas tersebut lantaran kenaikan ekspor minyak mentah melonjak 41,8 persen sedangkan ekspor gas naik 5,1 persen. "Secara umum harga komoditas nonmigas Indonesia yang turun 1,86 persen turut berkontribusi terhadap defisit ini," imbuh Suryamin.
(Baca: Neraca Dagang Terancam Defisit Tahun Depan)
Secara nilai, penurunan terbesar ekspor nonmigas pada November 2015 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 9,8 persen sedangkan peningkatan ekspor terbesar pada alas kaki sebesar 17,7 persen. Dari sisi negara tujuan, ekspor nonmigas ke Amerika Serikat pada November 2015 mencapai angka terbesar yaitu US$ 1,16 miliar. Disusul oleh Cina US$1,02 miliar dan Jepang US$ 990 juta.
(Baca: Neraca Dagang Oktober Surplus, Volume Ekspor Sudah Tumbuh 4,4 Persen)
Di sisi lain, peningkatan impor pada November 2015 didukung oleh kenaikan impor nonmigas 5,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan impor migas turun 6,9 persen. Peningkatan impor nonmigas terbesar adalah golongan perhiasan/permata 607,4 persen. Diikuti oleh mesin dan peralatan listrik yang naik 11,7 persen dan serealia (kacang-kacangan) yang melonjak 59 persen dari bulan sebelumnya.
“Kenaikan impor mesin dan peralatan listrik terkait dengan peningkatan investasi di di dalam negeri, sedangkan serealia karena mendekati Natal dan Tahun Baru," kata Suryamin.
Meski begitu, secara kumulatif periode Januari –November 2015, nilai impor semua golongan barang: barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal, menurun dibandingkan periode sama 2014 masing-masing 15,2 persen, 21,4 persen, dan 17,1 persen. Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar Januari–November 2015 adalah Cina, Jepang, dan Singapura dengan porsi terhadap total nilai impor nonmigas masing-masing 24,5 persen, 11,4 persen dan 7,6 persen. Bahkan, neraca dagang dengan Cina pada November lalu mencatatkan defisit terbesar tahun ini.