Lino Anggap Kereta Tak Efektif Distribusikan Kontainer
KATADATA ? Direktur Utama PT. Pelindo II (Persero) Richard Joost Lino mengatakan moda angkutan kereta api tidak akan efektif dalam mendistribusikan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Hal tersebut karena tarif pengangkutan kontainer untuk jarak dekat menggunakan truk lebih murah.
Menurut Lino, selama ini sebagian besar arus kontainer ke Pelabuhan Tanjung Priok datang dari Cirebon yang berjarak 250 kilometer. Adapaun untuk jarak jauh seperti dari Surabaya hanya sebagian kecil. Dengan menimbang hal tersebut, moda kereta dinilai kurang menguntungkan karena minimal perjalanan yang harus ditempuh 300 kilometer. "Itu adalah rule of the game di mana-mana," kata Lino usai bertemu dengan jajaran Pemimpin Redaksi media massa di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/9).
Di seluruh dunia, dia melanjutkan, tidak ada angkutan kereta pengangkut kontainer yang untung dalam jarak kurang dari 300 kilometer. Oleh sebab itu, Lino menegaskan akses kereta api ke Tanjung Priok tidak akan efektif. "Tidak akan dapat bersaing dengan truk," ujarnya.
Pernyataan Lino ini jelas tak seirama dengan keterangan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Beberapa waktu lalu, Jonan menyatakan Pelindo II dan PT Kereta Api Indonesia telah sepakat untuk mengaktifkan kembali jalur kereta di Pelabuhan Tanjung Priok. ?Mereka (Pelindo II) bicara sendiri dengan KAI. Saya hanya memfasilitasi dan sepakat,? kata Jonan. (Baca juga: Jonan: Pelindo II dan KAI Sepakat Kereta Masuk Tanjung Priok).
Sebelumnya, Pelindo II dan PT Kereta Api Indonesia memang belum seia sekata terkait pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Cikarang Dry Port. KAI menginginkan jalur kereta bisa masuk ke kawasan pelabuhan sehingga dapat mengangkut kontainer antara 40 Twenty Foot Equivalent Units (TEUs) dan 60 TEUs sekali angkut.
Adapun Pelindo II lebih memilih membangun kanal Cikarang-Bekasi Laut sepanjang 40 kilometer. Menurut Lino, perseroan akan membangunnya pada November tahun ini dengan biaya sekitar Rp 3,5 triliun. Rencanaya, kanal itu bisa dilewati dua tongkang dari arah berlawanan dengan kapasitas masing-masing antara 72 TEUs dan 144 TEUs. ?Saat itu, Pelindo II melihat jalur kereta (ke pelabuhan Priok) tidak akan berguna,? kata Jonan.
Terkait persoalan ini, Deputi II Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa, Kementerian Koordinator Kemaritiman Agung Kuswandono pernah menyatakan lahan di pelabuhan untuk pembangunan rel yang belum dibebaskan tinggal dua kilometer. Karena itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pelindo II untuk membebaskan lahan yang menghubungkan Jalan Pasoso ke dalam pelabuhan tersebut.
Agung membenarkan Pelindo II dan KAI sudah lama tak mencapai kesepakatan untuk menyambungkan rel ke Pelabuhan Tanjung Priok. Padahal, Cikarang Dry Port yang digunakan sebagai pelabuhan kontainer telah rampung dibangun pada 2007. ?Dugaan saya karena ini akan berpengaruh terhadap pendapatan Pelindo II. Kereta itu sekali jalan bisa menarik 60 kontainer, itu sama saja dengan 60 truk kontainer keluar,? kata Agung.
Adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang meramaikan persoalan ini pada pekan lalu, Kamis, 10 September 2015. Di siang yang panas, Rizal mencoba membongkar sendir beton yang menutupi rel kereta di Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menginginkan agar rel akses pelabuhan Tanjung Priok diaktifkan untuk mempermudah arus kontainer. Langkah ini sekaligus untuk mengurangi masa tunggu bongkar muat (dwelling time).