Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti sejumlah dampak pandemi virus corona terhadap sektor perekonomian dan industri manufaktur banyak negara, termasuk Indonesia. Pukulan tersebut tak hanya dari sisi permintaan, namun juga suplai dan produksi.
Dari sisi suplai, Jokowi menyebut Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia anjlok pada April 2020 yang berada di level 27,5.
Jokowi mengatakan, PMI manufaktur Indonesia ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, khususnya di Asia Tenggara. PMI manufaktur Korea Selatan mislamya, yang berada di level 41,6.
(Baca: Imbas PSBB, Produksi Manufaktur Turun Tajam Sepanjang Sejarah)
PMI manufaktur Malaysia berada di level 31,3. PMI manufaktur Vietnam berada di level 32,7. Sedangkan, PMI manufaktur Filipina ada di level 31,6.
"PMI (manufaktur Indonesia) pada April 2020 mengalami kontraksi terdalam jika dibandingkan negara lain di ASEAN," ujar Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna melalui video conference, Rabu (6/5).
Adapun, Jokowi menyebut beberapa sektor yang mengalami penurunan, antara lain tanaman pangan (-0,31), angkutan udara (-0,88), industri mesin dan perlengkapan (-0,03). Menurut Jokowi, berbagai sektor yang mengalami penurunan tersebut harus diperhatikan secara mendetail.
Dengan kontraksi tersebut, Jokowi pun mengimbau jajarannya bisa mencarikan stimulus ekonomi yang tepat dan membuat skenario pemulihan untuk PMI manufaktur Indonesia. "Mana saja sektor dan subsektor yang alami kontraksi paling dalam, dilihat secara detail dan dicarikan stimulusnya," kata Jokowi.
(Baca: Imbas Corona, Manufaktur Diramal Terus Lesu sampai Akhir Tahun)
Khusus sektor pangan, Jokowi meminta jajarannya untuk menggenjot produksi. Jika tidak demikian, Jokowi khawatir terjadi krisis pangan sebagaimana yang telah diperingatkan Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO).
"Tapi sekali lagi dengan protokol kesehatan yang baik," kata dia.
Dari sisi permintaan, Jokowi menilai angka inflasi pada April 2020 sangat rendah jika dibandingkan periode Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi pengeluaran, Jokowi mencatat konsumsi rumah tangga sebesar 2,84% dan pengeluaran pemerintah sebesar 3,74%.
Sementara itu, konsumsi LNPRT terkontraksi sampai -4,91%. "Ini betul-betul dilihat secara detail konsumi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga ini, dilihat," ujarnya,