Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebut mal atau pusat perbelanjaan masih sepi pengunjung meski sudah dibuka selama sepekan. Hal itu lantran konsumen khawatir tertular Covid-19.
Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan mengatakan sebagian besar konsumen kelas atas berbelanja produk-produk yang dijual di mal melalui online. Pasalnya, mereka merupakan pelanggan istimewa yang selalu mendapatkan promo-promo khusus.
"Kami lihat disini bahwa semakin kelas atas konsumennya semakin susah untuk datang ke mal karena ketakutannya semakin besar apalagi dengan isu di media sosial," kata Stefanus kepada Katadata.co.id, Senin (22/6).
Sedikitnya jumlah pengunjung yang berbelanja di mal menyebabkan hanya 80% gerai-gerai ritel yang kembali beroperasi. Sebagian besar gerai yang telah beroperasi yaitu milik pengusaha yang memiliki modal kuat.
(Baca: Pengunjung Sepi, Hanya 80% Gerai di Mal Sudah Beroperasi)
(Baca: Biaya Operasional Membengkak, Pengusaha Ritel Minta Insentif Pajak)
Sedangkan sisanya enggan berspekulasi dan memilih menunggu hingga tingkat pengunjung di mal meningkat. "Apalagi kan bioskop belum boleh buka, spa, gym dan hiburan anak belum dibuka, itu penyebabnya pengunjung belum banyak karena mereka juga mau hiburan," kata dia.
Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia sebelumnya memperkirakan pembukaan mal saat fase transisi pertama di DKI Jakarta tak berdampak signifikan terhadap kinerja bisnis. Pengusaha bahkan diperkirakan tetap merugi lantaran biaya operasional tinggi karena harus menerapkan protokol kesehatan.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menyebut hanya 15% pengunjung yang berbelanja pada hari pertama pembukaan mal di Jakarta. Sedangkan sisanya hanya datang untuk sekadar jalan-jalan menghilangkan rasa bosan setelah tiga bulan mengurung diri di rumah.
"Orang yang berkunjung ke mal paling yang belanja hanya 10%-15% saja. Sangat rendah sekali dan hampir tidak ada arti untuk menggerakan sektor perdagangan atau retail yang saat ini terdampak," kata Roy kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).
(Baca: Tren Belanja saat Normal Baru Mal Berubah, Barang Konsumtif Tak Laku)