Di Depan DPR, Buwas Beberkan Praktik Mafia Beras hingga Daging Kerbau
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkap sulitnya menghadapi mafia pangan. Dirinya pun mengklaim telah mengetahui para aktor yang berupaya menjegal perusahaan pangan pelat merah ini menjalankan penugasan pemerintah.
Budi mengatakan, mafia tersebut bermain di sekitar komoditas pangan seperti beras hingga daging kerbau. "Mafia-mafia ini sekarang bisa menguasai komoditas tersebut. Mereka bekerja dan mendapatkan jatah untuk melawan Bulog," kata pria yang akrab disapa Buwas dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR, Kamis (25/6).
Buwas mengungkap salah satu aksi yang dilakukan oknum, misalnya terkait importasi daging kerbau yang biasanya hanya dilakukan oleh Bulog berdasarkan penugasan pemerintah. Para mafia tersebut kini bisa mendapatkan izin impor daging kerbau dan menyaingi Bulog.
(Baca: Ancam Pecat 100 Karyawan Bulog, Buwas: Mereka Bagian dari Mafia)
Bahkan, para pelaku bisa memperoleh izin impor hanya dalam lima menit. Sementara, pengajuan izin impor oleh Bulog baru bisa diperoleh hingga dua minggu.
"Dua minggu pun tidak jadi izinnya. Bahkan staf Bulog menunggu hingga pukul 12 malam, tidak diberikan juga tanda tangan izinnya," ujar dia.
Berikutnya, para mafia juga disebut banyak bermain pada komoditas beras. Mantan Kepala Bareskrim Polri ini mengatakan, para mafia mampu menukar beras Bulog dengan beras lain yang berkualitas buruk untuk menjatuhkan citra beras Bulog.
Sehingga dengan adanya kejadian ini, beras Bulog kerap diasumsikan buruk oleh masyarakat. Buwas pun mengatakan sudah mengetahui pihak-pihak mafia tersebut. Ia juga telah memiliki bukti rekaman terkait mafia itu.
(Baca: Bulog Usul Anggaran Subsidi dan Cadangan Beras Tahun Depan Rp 19,05 T)
Namun, ia enggan menyebutkan mafia yang dimaksud. Pihaknya juga telah menyerahkan permasalahan tersebut kepada Satgas Pangan dan penegak hukum. "Saya tahu tapi tidak mungkin saya buka. Kalau saya buka, nanti menyulitkan kinerja penegak hukum," katanya.
Ia menambahkan, kondisi Bulog semakin terbebani dengan penugasan penyerapan gabah/beras menggunakan pinjaman perbankan, plus bunga komersial. Pemerintah baru menggantikan biaya tersebut bila beras Bulog telah disalurkan kepada masyarakat.
Adapun, pencairan dana dari pemerintah dilakukan dengan mengganti selisih harga penjualan beras dengan harga saat Bulog membeli beras tersebut. "Jadi Bulog tidak pernah untung, rugi terus," ujar dia.
Meski demikian, dia mengklaimstok beras akan tetap aman hingga akhir tahun. Hingga saat ini, stok beras Bulog di gudang mencapai 1,4 juta ton dan diperkirakan terus bertambah seiring musim panen beberapa daerah.