Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling pertama terdampak covid-19. Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok Djauhari Oratmangun pun berupaya memulihkan pariwisata Indonesiadengan mempromosikan Bali pada masyarakat Tiongkok.
"Kami coba promosikan Indonesia karena pintu masuk masyarakat Tiongkok sebagian besar di Bali. Oleh karenanya, kami buat tagar Working From Indonesia," kata dia dalam sebuah diskusi, Jumat (17/7).
Menurutnya, masyarakat Tiongkok mulai menujukkan minat untuk mengunjungi Bali. Hal ini tercermin dari sebuah diskusi terkait wisata Bali setelah covid-19 yang diikuti oleh sejuta partisipan.
Selain itu, Bali menjadi menjadi topik yang ramai dibicarakan pada media sosial Tiongkok, yaitu Weibo. Hingga 17 Juli, tagar Bali di Weibo telah dibaca oleh warganet sebanyak 370 juta kali. Sementara, tingkat kecenderungan baca terkait topik Bali mencapai 358.568 kali hingga 16 Juli.
(Baca: Rumitnya Menyambung Napas Industri Pariwisata saat Pandemi)
Ia mengatakan, konten yang dibagikan oleh pihaknya merupakan salah satu cara menarik wisatawan mancanegara saat pandemi covid-19 berakhir. Promosi tersebut juga dilakukan melalui televisi nasional.
Meski begitu, ia mengingatkan pentingnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Hal ini untuk mendukung para wisman agar dapat mengunjungi Indonesia sambil bekerja.
"Internet akan dipakai untuk bekerja. Ini harus kita perhatikan," ujar dia.
Selain Bali, Djauhari juga akan mempromosikan destinasi wisata lainnya kepada masyarakat Tiongkok yakni Jogja.
(Baca: Tingkat Hunian Hotel Baru Mencapai 15% Selama Pelonggaran PSBB)
Ia pun mengatakan, promosi wisata menggunakan teknologi dan big data telah diimplementasikan di Tiongkok. Sebab, strategi promosi telah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan digitalisasi.
Pengamat Ekonomi Makro Hendri Saparini mengapresiasi inisiatif pemerintah dalam bidang pariwisata. Ia pun menilai, pengembangan dan promosi pariwisata menggunakan teknologi digital merupakan langkah yang tepat.
"Karakteristik pariwisata yang menggunakan digitalisasi sangat berbeda dengan karakterisitk pariwisata yang lain," ujarnya.
Pemerintah telah menganggarkan Rp 3,8 triliun untuk sektor pariwisata dalam program pemulihan ekonomi nasional. Anggaran itu digunakan sebagai kompensasi pajak hotel dan restoran Rp 3,3 triliun, insentif tiket ke 10 destinasi pariwisata Rp 400 miliar, dan hibah pariwisata Rp 100 miliar.