Tren Gowes Kerek Penjualan Sepeda Hingga 30% Selama Pandemi

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (30/6/2020). Penjualan sepeda rata-rata naik 30% setiap bulan selama pandemi corona.
Editor: Ekarina
20/7/2020, 18.19 WIB

Tren olahraga sepeda selama pandemi corona membawa berkah bagi sektor usaha. Penjualan sepeda rata-rata naik hingga 30% pada April dan Juli 2020 terdorong oleh perubahan gaya hidup masyarakat.

"Rata-rata kenaikan mungkin sekitar 30% dibanding penjualan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan terjadi pada akhir April saat pemerintah mulai melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Ketua Umum AIPI Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia atau AIPI, Rudiyono kepada Katadata.co.id, Senin (20/7).

Dia mengatakan, tren serupa juga terjadi pada hampir seluruh negara yang telah melonggarakan kebijakan karantina wilayah atau lockdown. Padahal sebelumnya, banyak produsen sepeda telah merumahkan karyawan.

Kenaikan permintaan sepeda menurutnya terjadi mendadak dan terdiprediksi sebelumnya. Alhasil, produsen sepeda sempat kewalahan memenuhi permintaan pasar yang meningkat secara tajam dan mendadak. Pembeli pun akhirnya harus menunggu hingga stok sepeda kembali diproduksi.

Kendati permintaannya tinggi, diamengklaim produsen tidak ada kenaikan harga. Beberapa jenis sepeda yang paling laris di pasaran antara lain adalah sepeda lipat, sepeda city bike dan sepeda gunung. 

"Harga masing-masing perusahaan berbeda. Yang jelas perushaan sudah mengirimkan ke semua jaringan penjual untuk tidak menaikkan harga," katanya.

Meski demikian, berdasarkan pantauannya di tingkat pengecer sudah terjadi kenaikan akibat menipisnya persediaan. Dia pun menilai hal tersebut wajar terjadi seiring dengan mekanisme pasar. 

Tren Bike to Work

Tren bersepeda telah merebak di sebagian masyarakat perkotaan. Co-Founder Bike to Work Abby Kahuna mengatakan, imbas pelonggaran PSBB membuat jumlah masyarakat yang bekerja menggunakan sepeda meningkat tiga hingga lima kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Hal ini pun disambut positif lantaran kampanye bike to work yang digalakkan sejak 15 tahun lalu dapat meningkat signifikan dalam dua bulan. 

Tak hanya itu, sebagai olahraga rekreasi bersepeda pun menjadi salah satu sarana hiburan menghilangkan bosan setelah berbulan-bulan mengurung diri di rumah.

"Sepeda itu identik dengan tren kebutuhan jangka panjang jadi kalau pandemi berakhir mereka masih akan bisa pakai," kata dia.

Namun, dia juga mengingatkan mengenai adanya potensi kriminalitas dan pelanggaran aturan yang terjadi di tengah tren sepeda saat ini. Dia pun mengimbau pesepeda selalu berhati-hati dan tidak melanggar protokol kesehatan. 

Menurut riset yang dilakukan situs meta-search iPrice, selama masa pandemi, jumlah pemesanan sepeda naik hingga 50%. Pengguna sepeda di kawasan Ibu Kota meningkat hingga 1.000% pada minggu pertama Juli 2020 dibandingkan 2019.

Sepeda lipat, sepeda gunung dan sepeda anak menjadi tiga model sepeda yang menjadi tren di Indonesia. 

Adapun pencarian terbanyak ditempati sepeda lipat (folding bike). Search interest di Google Trends untuk sepeda lipat meningkat hingga 900% sejak 1 Maret hingga 21 Juni 2020.

Selanjutnya ada sepeda gunung (mountain bike) dengan kenaikan search interest hingga 680% sejak 1 Maret hingga 21 Juni 2020.

Berikutnya, sepeda anak (Kids bicycle) dengan pencarian yang juga meningkat sejak 1 Maret sebesar 142%.  Road bike atau sepeda balap berada di peringkat terakhir dengan peningkatan pencarian sebesar 300% selama periode yang sama.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto