Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika alias BMKG mengakui bahwa Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (28/8) terletak di wilayah rawan bencana.
Meski demikian, BMKG memastikan bahwa konsep pembangunan bandara tersebut telah mengadopsi sistem mitigasi gempa dan tsunami. Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, struktur bangunan Bandara YIA telah mengacu pada peraturan bangunan tahan gempa.
"Bandara YIA juga sudah dilengkapi sistem peringatan dini tsunami yang terintegrasi dengan BMKG," kata Daryono melalui konferensi virtual, Senin (31/8).
Dia menjelaskan bahwa Bandara YIA telah dilengkapi dengan Warning Receiver System. Alat tersebut merupakan penerima informasi gempa dan peringatan dini tsunami berupa sirine yang merupakan sarana untuk perintah evakuasi.
Bandara YIA juga telah dilengkapi alat sensor accelorograph, intensity meter, dan earthquake early warning system untuk mengetahui dampak guncangan gempa yang sedang terjadi. "Serta SOP respon Bandara YIA terkait langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi gempa dan tsunami," kata Daryono.
Menurutnya konsep pembangunan Bandara YIA tersebut bakal menjadi percontohan bagi bandara-bandara lainnya yang berlokasi di pinggir pantai. Dengan demikian, bandara-bandara tersebut dapat memitigasi adanya potensi bencana gempa dan tsunami di masa mendatang.
"Tentu kita akan adopsi (konsep pembangunan Bandara YIA) itu di bandara-bandara pinggir pantai yang rawan tsunami," kata Daryono.
Jokowi sebelumnya mengklaim YIA merupakan bandara terbaik di Indonesia. Itu karena pengerjaan dan desain interiornya bagus. Pembangunan bandara ini juga tergolong cepat, hanya 20 bulan. Dia memperkirakan YIA bakal menjadi bandara yang paling ramai saat pandemi virus corona atau Covid-19 usai.
"Begitu sudah mulai ada vaksin corona, saya yakin bandara ini akan menjadi yang paling ramai” kata Jokowi, dikutip dari keterangan yang diterima Katadata.co.id, Jumat (28/8).