Bertemu Menlu AS, Jokowi Ingin RI Kembali Dapat Fasilitas Bea Masuk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima lawatan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Michael Richard Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/10). Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menyampaikan sejumlah isu, salah satunya mengenai kemitraan perdagangan dan perpanjangan fasilitas tarif.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang mendampingi presiden dalam pertemuan tersebut mengungkapkan, Jokowi menginginkan peningkatan kerja sama ekonomi yang konkret antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Salah satunya, dengan perpanjangan fasilitas tarif preferensial umum (Generalized System of Preferences/GSP) dari AS, yang bermanfaat untuk kerja sama perekonomian kedua negara.
“Presiden menekankan bahwa Indonesia ingin melihat kerja sama ekonomi kedua negara meningkat di masa yang akan datang, termasuk tentunya harapan terhadap perpanjangan GSP kepada Indonesia,” ujar Menlu.
Fasilitas GSP merupakan program unilateral AS yang memberikan keringanan tarif bea masuk untuk negara eksportir ke pasar AS.
Indonesia mendapatkan fasilitas GSP pada 3.572 pos tarif. Namun sejak 2018, dalam Federal Register Vol. 83 per 27 April 2018, AS meninjau ulang eligibilitas Indonesia sebagai penerima GSP.
Tak hanya Indonesia, AS juga meninjau ulang beberapa negara berkembang lainnya untuk mendapatkan perpanjangan fasilitas tersebut.
Negara yang dipimpin Presiden Donald Trump ini bahkan mencabut fasilitas GSP India karena dinilai defisit neraca perdagangan mereka dengan Negeri Bollywood telah melebihi batas defisit negara berkembang.
Sementara Indonesia sampai saat ini masih berupaya mendapatkan fasilitas perpanjangan GSP. Pasalnya, fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama bisnis bagi kedua negara.
Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara tujuan ekspor kedua terbesar RI setelah Tiongkok.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia-AS pada Januari hingga Agustus 2020 sebesar US$ 17,4 miliar turun 2,75% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 17,9 miliar.
Sepanjang tujuh bulan pertama 2020, ekspor Indonesia ke AS tercatat US$ 11,8 miliar, naik 1,2% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 11,6 miliar. Sedangkan impor mencapai US$ 5,59 miliar, turun signifikan dibadning tahun lalu sebesar US$ 6,23 miliar.
Alhasil, Indonesia mengalami surplus perdagangan US$ 6,22 miliar. Surplus ini meningkat 14% dari tahun lalu US$ 5,44 miliar.
Beberapa komoditas andalan ekspor Indonesia ke AS meliputi udang (krustasea) segar, karet alam, alas kaki, jerseys, pakaian wanita dan anak perempuan, serta ban pneumatik baru. Sedangkan, produk impor utama dari AS di antaranya biji kedelai, kapas, gandum dan meslin,residu tepung pati, dan tepung bukan konsumsi.