Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal, termasuk kebiasaan berbelanja masyarakat. Saat harus keluar rumah untuk berbelanja, faktor keamanan kesehatan menjadi pertimbangan utama, bahkan mengalahkan tawaran diskon.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey. "Kalau bergerak pada diskon-diskon saja, kelihatannya normal lama,” kata Roy dalam Webinar Hari Retail Nasional: Optimizing National Market for Global Experience, Rabu (4/11).
Oleh karenanya, Aprindo mendorong pengusaha retail modern yang memiliki sumber daya untuk melaksanakan protokol kesehatan juga memberikan wadah berjualan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di gerainya. Bentuk protokol kesehatan yang selalu disosialisasikan pemerintah dalam bentuk Gerakan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Roy menyatakan, sebagian besar ritel modern telah menjual produk UMKM hingga 35% dari keseluruhan produk yang dijual. Kerja sama ini perlu diperdalam, sebab UMKM menyumbang hampir 60% dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Ia pun berharap, kemajuan sektor UMKM dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga serta mendorong sektor perdagangan.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan selama pandemi, sejumlah UMKM di sektor perdagangan mengalami penurunan permintaan. "Tak hanya itu, mereka mengalami gangguan produksi hingga rantai pasok, sehingga mengalami penurunan pendaptan," katanya.
Menurut riset Wahana Visi Indonesia (WVI) 2020, akses pasar merupakan salah satu jenis bantuan yang diperlukan UMKM kala pandemi. Hal itu tergambar dalam Databoks berikut:
Ia pun mencatat, kunjungan ke mal, supermarket, dan toko lainnya mengalami penurunan pada Juni lalu, dengan jumlah penurunan masing-masing 44%, 49%, dan 46% dibandingkan dengan kondisi normal. Kemudian, adanya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Juli telah mendorong peningkatan kunjungan.
Namun, PSBB jilid kedua pada September lalu kembali menurunkan jumlah kunjungan di supermarket dan toko lainnya menjadi 51% dibandingkan sebelum pandemi. Sementara, okupansi mal mencapai 65%.
Ia menambahkan, UMKM membutuhkan bantuan pemerintah saat pandemi, seperti bantuan modal kerja, keringanan tagihan listrik, hingga kemudahan adminstrasi. Oleh karena itu, pemerintah memberikan stimulus kepada UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 123,4 triliun. Menurutnya, stimulus kepada pelaku UMKM telah terealisasi dengan cepat.
Di sisi lain, UMKM juga diberikan kemudahan untuk mendapatkan sertifikasi halal melalui Undang-Undang Cipta Kerja. Tak hanya itu, belanja pemerintah juga didorong melalui pelaku UMKM.
Selain itu, pemerintah turut mendorong UMKM untuk memasuki ranah digital dan bisa bersaing di pasar global. "Sehingga mempunyai nilai tambah dan daya kompetisi di pasar internasional," ujar dia.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan