Upaya Indonesia Melahirkan Lebih Banyak Petani Milenial

123rf.com
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Riset dan Publikasi
16/11/2020, 14.31 WIB

Berkontribusi memajukan pertanian Indonesia menjadi cita-cita para pemuda yang berkiprah di balik layar Tanihub Group. Sekelompok perusahaan yang digawangi milenial ini mengusung misi untuk memajukan sektor pertanian dengan mengeskalasi perekonomian lokal.

Tanihub Group sejauh ini berhasil merangkul lebih dari 35.000 petani di 12 kota untuk memproduksi lebih dari 900 ragam produk. Petani mitra tercatat mengalami peningkatan pendapatan sedikitnya 50 persen, serta perbaikan produktivitas.

VP Corporate Services Tanihub Astri Purnama Sari menjelaskan, tujuan yang diusung pihaknya tak lain membangun kolaborasi melalui ekosistem pertanian. “Kami adalah sekelompok anak muda yang berkiprah di sektor agribisnis. Dan kami percaya, bisa mengubah industri agribisnis nasional menjadi lebih baik,” tuturnya kepada Katadata.co.id, belum lama ini.

Peran Tanihub selama sekitar 4 tahun terakhir selaras dengan upaya pemerintah memacu regenerasi petani, maupun pelaku pertanian secara umum, di berbagai wilayah. Pasalnya, Indonesia sedang menghadapi potensi tren penurunan jumlah petani muda.

“Tanihub berupaya membangun ekosistem di industri agribisnis. Kami tidak hanya membukakan akses pendanaan bagi petani, tetapi juga memberi jaminan akses pasar, serta lahan, warehouse, logistik. Dari hulu sampai hilir,” ucap Astri.

Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Lokadata.id diketahui bahwa jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Dari jumlah ini, populasi petani muda yang berusia 20 – 39 tahun hanya 8 persen setara 2,7 juta orang. Kuantitas petani muda berpotensi mengalami tren penurunan mengingat pada 2017 ke 2018, jumlahnya berkurang hingga 415.789 orang.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya mendorong agar semakin banyak pemuda yang terjun di sektor pertanian. Hal ini demi menghindari Indonesia dari ancaman penurunan regenerasi petani sebab dapat mengancam ketahanan pangan nasional.

Hal senada diungkapkan Staf Khusus Presiden Billy Mambarasar di sela kunjungannya ke Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara terkait Program 2,5 juta Petani Milenial Kementerian Pertanian. Menurutnya, Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi petani milenial.

“Jika ada seratus ribu orang lagi petani milenial maka pertanian Indonesia bisa menuju ketahanan pangan seperti yang kita inginkan. Presiden meminta supaya negara juga menjadi induk dan menaungi petani milenial,” katanya seperti dilansir Setkab.go.id.

Menurut Billy, tugas lain di samping memacu regenerasi petani muda adalah menghubungkan mereka yang sudah eksis dengan lembaga-lembaga terkait seperti perbankan guna memperkuat permodalan. Kerja sama multipihak dibutuhkan untuk membangun ekosistem yang kondusif di industri agribisnis.

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo sempat mengutarakan bahwa bukan mustahil pada masa mendatang Indonesia bebas dari bayang-bayang impor produk pangan dan pertanian. Lebih dari itu, justru kita yang menjadi negara pengekspor.

“Dengan pengolahan pertanian secara modern, saya harapkan pertanian Indonesia dapat tumbuh sebagai pilar penting pertumbuhan ekonomi nasional. Pertanian akan semakin maju. Masyarakat akan semakin lebih sejahtera,” tutur Jokowi.

Pelaku usaha yang dinaungi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mencermati tantangan dalam upaya melahirkan lebih banyak petani muda di Tanah Air. Hal ini menjadi salah satu narasi penting yang dibawa ke dalam ruang diskusi di Jakarta Food Security Summit kelima (JFSS-5) pada 18 - 19 November 2020. JFSS-5 mengangkat tema “Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Kesejahteraan Petani, Peternak, dan Nelayan”.

Silakan Anda mendaftar dan jadi bagian dari acara Jakarta Food Security Summit-5 pada 18-19 November 2020 di https://katadata.co.id/JFSS2020 dan dapatkan e-certificate.