Pengusaha perhotelan mengaku khawatir, pemangkasan cuti bersama akhir tahun menyebabkan pembatalan reservasi hotel melonjak. Padahal, pengusaha semula berharap cuti bersama bisa mendongrak okupansi dan pendapatan bisnis hotel yang selama ini lesu akibat pandemi Covid-19.
Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menjelaskan, pengurangan libur akhir tahun akan menimbulkan polemik bagi konsumen dan pengusaha hotel.
Berbagai kemungkinan menurutnya bisa terjadi dengan pengurangan hari libur ini, seperti, pembatalan reservasi hotel dan pengajuan kembali dana yang sudah dibayarkan (refund).
Berkaca pada Maret lalu, banyak terjadi pembatalan reservasi bertepatan dengan awal mula kasus Covid-19 merebak di Indonesia. Berikutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan oleh Pemprov DKI juga juga berdampak pada reservasi hotel.
Kini, dengan pengurangan jadwal libur bukan tidak mungkin menyebabkan pembatalan reservasi kembali terjadi. Ia pun khawatir, kepercayaan publik menurun akibat banyaknya yang kebijakan pemerintah yang berubah secara mendadak.
“Sedangkan di sektor pariwisata, kegiatannya harus terencana, tidak bisa mendadak,” jelasnya.
Mekanisme refund pun menurutnya tak mudah dilakukan, lantaran proses harus melalui mekanisme beberapa pihak. “Masing-masing bisnis punya komitmen, jadi refund itu tidak mudah dibayangkan,” katanya.
Sebelumnya, Yusran memprediksi okupansi hotel pada bulan ini naik 10%. Prediksi ini mengacu pada libur Oktober, dimana okupansi saat itu tumbuh 5% - 6%.
Namun, adanya pengurangan libur justru membuat industri pariwisata tidak menentu. “Kami belum bisa memprediksi okupansi bulan ini. Karena libur berkurang 4 hari, jadi tingkat okupansi bergantung pada pembatalan reservasi," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, sejumlah pengusaha hotel dan penginapan mengatakan hingga kini belum menerima permintaan pembatalan pemesanan.
Direktur PT Eastparc Hotel Tbk Wahyudi Eko Sutoro menyatakan, sampai saat ini pihaknya belum melihat dampak signifikan terkait pemotongan cuti bersama akhir tahun. Dia mencatat, pemangkasan libur hanya menyebabkan beberapa tamu melakukan penjadwalan ulang atau reschedule.
Oleh karena itu dia memperkirakan tingkat hunian hotelnya pada Desember bakal mencapai 87,50% dari rata-rata okupansi saat ini yang mencapai 52%.“Namun okupansi ini lebih rendah dari Desember tahun lalu yang bisa mencapai 91,75%," ujar Eko kepada katadata.co.id Rabu, (2/11).
Secara rinci, Eko menyebut, tingkat hunian kamar Eastparc pada Oktober sebesar 73,20%. Sedangkan pada November mencapai 73,65%. Kenaikan ini menurutnya ditopang dari segmen Meeting, Incentive, Convencation dan Exhibition (MICE) dan family staycation.
Dengan realisasi ini, dia menargetkan pada tahun depan tingkat hunian kamar setidaknya bisa mencapai 65,50% hingga 75,50%.
“Adapun pendapatan kami perkirakan bisa berkisar Rp 36 miliar sampai Rp 48 miliar. Sedangkan proyeksi laba sebelum pajak sebesar Rp 8 hingga Rp 14 miliar,” katanya.
Hal senada juga diungkap manajemen PT Red Planet Indonesia Tbk. Direktur Utama Red Planet NG Suwito mengatakan, sampai saat ini pihaknya telah mencatat jumlah reservasi di muka untuk periode libur akhir tahun.
Meski begitu, ia mengaku pengurangan hari libur juga bisa mengurangi jumlah tamu dan pemesanan hotel.
Untuk meningkatkan jumlah reservasi, pihaknya sudah melakukan berbagai promosi baik secara konvensional maupun lewat agen online.
“Untuk meningkatkan jumlah booking, kami akan berpartisipasi dalam program flash sale 12.12. Kami juga berpartisipasi dalam program promosi online trave agent dan berusaha tetap kompetitif dari segi harga,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Utama PT Menteng Heritage Realty (HRME) Tbk Christofer Wibisono menyatakan, meski libur panjang dipangkas, perusahaan justru melihat adanya peningkatan permintaan hotel dalam kota untuk short break gateway.
Alhasil, para tamu yang sudah merencanakan liburan dari jauh hari bakal tetap melakukan perjalanan.
Pengunjung hotel pun menurutnya, masih akan di dominasi oleh wisatawan domestik. Karenanya, tren positif ini akan terus berlanjut ke depan.
“Kami melihat sudah ada tingkat keterisian dan pemesanan kamar. Kita berharap masyarakat menjalankan protokol kesehatan, sehingga pandemi bisa terselesaikan dengan cepat dan hotel pun bisa mencatat tren yang positif,” ujar Christofer.
Sebelumnya, pemerintah memangkas cuti bersama akhir tahun. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah membatalkan cuti pengganti bersama hari raya Idul Fitri yang jatuh pada 28, 29, dan 30 Desember 2020.
"Ada pengurangan hari libur dari semula 28, 29, dan 30 Desember. Artinya, 28-30 Desember semua masuk kerja seperti sediakala," kata Muhadjir dalam keterangannya, Selasa (1/12).
Hal ini diputuskan usai Muhadjir menggelar rapat bersama dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Menteri Tenaga Kerja yang diwakili oleh Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan, Kapolri yang diwakili Asisten Sumber Daya Manusia, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19.
Artinya, tetap ada dua akhir pekan panjang (long weekend) jelang pergantian tahun ini. Yang pertama, hari libur nasional pada perayaan Natal yang sudah terjadwal pada kalender 2020, tanggal 24 dan 25 Desember, yaitu Kamis dan Jumat, ditambah pada 26 dan 27 Desember merupakan hari libur akhir pekan, Sabtu dan Minggu.
Selanjutnya, libur pengganti cuti bersama Lebaran 2020 hanya pada 31 Desember dilanjutkan dengan hari libur nasional 1 Januari 2021, yaitu Kamis dan Jumat. Ia pun berharap, seluruh masyarakat dapat manfaatkan libur tersebut secara bijaksana. "Utamakan kesehatan, utamakan keselamatan diri," ujar dia.