Ekspornya Menjanjikan, Wamendag: Saatnya RI Kembangkan Gim Online

ANTARA FOTO/Rahmad
Warga bermain Game Online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Penulis: Happy Fajrian
9/2/2021, 20.55 WIB

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga meyakini produk gim online sebagai salah satu produk digital yang memiliki potensi besar untuk diekspor. Meskipun saat ini produksinya di Indonesia masih belum optimal dalam mendorong perekonomian.

“Kalau kita berkaca dari negara lain seperti Tiongkok, Korea Selatan, mereka memproduksi dan mengekspor gim online ke mancanegara dan memberikan banyak penghasilan untuk negara masing-masing,” ujarnya dalam webinar Research Talk 2021 “Refleksi dan Pemulihan Kinerja Perdagangan indonesia”, Selasa (9/2).

Namun Jerry melihat saat ini Indonesia belum bisa mengkapitalisasi produk-produk digital secara maksimal. Meski demikian belum terlambat bagi pengembang gim di tanah air untuk mulai mengembangkan gim online.

“Ini harus dimulai. Salah satu yang bisa dikembangkan adalah gim online. Kalau kita berkaca dari negara lain, potensinya luar biasa besar,” ujarnya.

Dia bercerita bahwa pada satu kesempatan sempat mengunjungi sebuah pengembang gim online di Indonesia. Dia menilai Indonesia memiliki kemungkinan besar untuk mengikuti jejak Tiongkok dan Korsel dalam industri ini, meskipun produk dapat diunduh secara gratis menggunakan gawai.

“Mungkin kita download-nya gratis. Tapi begitu kita mainkan, biasanya ada beberapa fitur di gim tersebut yang hanya bisa digunakan kalau membayar. Harganya mungkin murah, hanya sekitar Rp 10 ribu, tapi kalau yang main ada 10 juta atau 100 juta orang, jumlahnya menjadi besar,” kata dia.

Menurut Jerry, ekspor produk digital jauh lebih efisien daripada ekspor produk konvensional lainnya seperti minyak dan gas (migas) serta non migas, karena hanya membutuhkan perangkat gawai.

Laporan Newzoo Global Games Market Report, industri gim dunia menghasilkan pendapatan sekitar US$ 159,3 miliar atau sekitar Rp 2.230 triliun sepanjang 2020. Tiongkok menjadi negara dengan pendapatan gim terbesar di dunia. Selengkapnya simak databoks berikut:

Industri Gim Indonesia Hasilkan US$ 1,1 Miliar per Tahun

Menurut data Asosiasi Game Indonesia, pada 2019 industri gim di tanah air menghasilkan sekitar US$ 1,1 miliar. Industri ini juga tumbuh sekitar 8-9% per tahun. Bahkan pada 2020, industri gim tumbuh 10-20% hingga April imbas kebiasaan masyarakat yang lebih banyak di rumah di masa pandemi Covid-19.

Pasalnya gim menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat yang bekerja, belajar, dan beribadah di rumah selama pandemi. “Subsektor gim online merekrut karyawan baru karena permintaan yang tinggi,” kata Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Joshua Simanjuntak, Juni 2020.

Data per April pun menunjukkan, trafik internet untuk layanan gim online melonjak hingga 61%. Ini terjadi karena masyarakat diimbau mengurangi kegiatan di luar rumah selama pandemi.

YouGov mencatat sebanyak 72% responden di Indonesia bermain gim pada smartphone dan tablet, atau disebut mobile game. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan responden yang bermain gim pada komputer atau laptop (PC) dan console.

Tren serupa juga terjadi di negara-negara lain dalam survei tersebut. Meski gim console tengah menjadi perhatian dalam beberapa bulan terakhir, persentase responden yang bermain mobile game selalu dua kali lipat dibandingkan dua platform lainnya.

Walaupun ada juga penyedia layanan gim yang tidak serta merta menikmati kenaikan permintaan dan transaksi. Salah satu penghambatnya yaitu infrastruktur yang belum memadai. Pasalnya infrastruktur di Indonesia belum memungkinkan transfer data dalam kapasitas besar.

Beberapa pengembang gim di tanah air di antaranya Agate Studio, Touchten Games, Megaxus Infotech, serta Gemscool. Sementara pengembang gim asing di antaranya Garena dari Singapura, Tencent dari Tiongkok, serta pemain besar seperti Sony, Microsoft, Google, Electronic Arts, dan sebagainya.