Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyiapkan lima strategi untuk mendorong kinerja ekspor Indonesia tahun ini. Pada 2020, neraca perdagangan RI mencatatkan surplus US$ 21,74 miliar. Namun surplus tersebut lebih karena penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor.
Lima strategi yang telah disiapkan yaitu memelihara pasar ekspor dan produk utama, fokus pada usaha kecil, dan menengah (UKM) berorientasi ekspor, penetrasi pasar nontradisional, memanfaatkan perjanjian dagang, dan reformasi regulasi, khususnya turunan dari Undang-undang Cipta Kerja.
“Ekspor merupakan salah satu komponen produk domestik bruto (PDB) yang dapat mendorong pemulihan perekonomian nasional,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan lewat keterangan resmi, Kamis (4/3).
Menurut Kasan, produk utama dan pasar utama ekspor Indonesia harus terus dijaga karena memiliki kontribusi yang cukup besar.
“Dari 10 negara utama tujuan ekspor memberikan kontribusi sebesar 70% dari total ekspor Indonesia. Sementara, dari 10 produk ekspor utama Indonesia memberikan kontribusi sebesar 60% dari total produk ekspor Indonesia,” terangnya.
Kasan menambahkan terkait penetrasi pasar nontradisional, peran emerging market akan semakin besar di masa yang akan datang. Negara-negara emerging market akan berkontribusi sekitar 71% dari ekonomi dunia dan 51% berada di kawasan Asia.
“Selain Asia, Afrika menjadi salah satu penyumbang komoditas primer yang harganya akan tinggi. Artinya, akan ada persaingan untuk mendapatkan komoditas primer di kawasan Asia dan Afrika sebagai bahan baku untuk diproduksi menjadi barang jadi oleh negara-negara emerging market,” ujarnya.
Penetrasi pasar melalui kota-kota besar di pasar ekspor nontradisional juga menjadi perhatian. Ke depan, kota-kota di kawasan negara emerging market berpotensi besar untuk terus tumbuh perekonomian mereka.
“Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perjanjian dagang yang sudah dimiliki Indonesia, kota-kota besar di kawasan Asia dan Afrika akan menjadi kontribusi besar masuknya produk-produk dari negara lain, termasuk Indonesia,” ujarnya.
Untuk UKM berorientasi ekspor, Kasan menjelaskan, Kemendag memiliki program 1.500 UKM ekspor. Menurut data Kemendag UKM ekspor Indonesia berjumlah 12 ribu atau 83% dari eksportir nasional. Namun kontribusinya hanya 4% dari total ekspor nasional. UKM tersebut sebagian besar berada di Jawa.
“Dalam program mencetak 1500 UKM ekspor, yang menjadi target di antaranya UKM yang telah mempunyai produk namun belum melakukan ekspor, UKM pemula dengan mendorong minat terutama anak muda, serta UKM yang sedang mengembangkan produk maupun pasar ekspor,” jelas Kasan.
Untuk perwakilan perdagangan, Kasan memberikan arahan agar dapat beradaptasi dengan situasi dan kebijakan perdagangan dengan negara akreditasi agar dapat diantisipasi.
“Diharapkan perwakilan perdagangan tetap melaksanakan tugasnya di luar negeri, namun tetap harus menyesuaikan dengan negara akreditasi masing-masing,” ujarnya.
Simak kinerja neraca perdagangan Indonesia pada databoks berikut: