Pabrik baja baru hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel Tbk di Cilegon, Banten, akan mulai beroperasi pada April 2021. Pabrik yang dibangun dengan investasi sebesar US$ 521 juta atau sekitar Rp 7,52 triliun ini memiliki kapasitas produksi baja hot rolled coil (HRC) 1,5 juta ton per tahun.
Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim menyampaikan, produk utama dari HSM 2 ini adalah produk baja HRC yang didedikasikan untuk memenuhi pasar otomotif dengan spesifikasi kualitas yang tinggi. Selain itu HRC juga digunakan untuk general structure dan bahan baku pipa baja.
“Produksi eksisting HSM Krakatau Steel saat ini mencapai 2,4 juta ton, artinya dengan penambahan 1,5 juta ton dari pabrik HSM 2, kapasitasnya menjadi jadi 3,9 juta ton per tahun,” katanya melalui keterangan tertulis, Jumat (26/3).
Ia menambahkan bahwa Krakatau Steel dapat berkontribusi terhadap market HRC lokal sebesar 65%, sisanya didukung oleh industri lainnya di dalam negeri. Angka tersebut meningkat dibandingkan 2020 yang sebesar 45%.
Rampungnya pembangunan pabrik HSM 2 milik Krakatau Steel diapresiasi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Ini karena perluasan fasilitas produksi ini berkontribusi terhadap program substitusi impor yang dicanangkan pemerintah.
“Pemerintah memiliki program substitusi impor sebesar 35% sampai 2022. Dimana produk baja yang dihasilkan dari pabrik HSM 2 milik Krakatau Steel nantinya dapat berkontribusi mengisi ruang impor tersebut,” ujar Menperin.
Agus menilai Krakatau Steel telah melakukan banyak perubahan dan kemajuan yang berjalan baik. Oleh karena itu, dia akan melaporkan hasil kunjungannya tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan meresmikan pabrik tersebut pada minggu ketiga April.
Konsumsi baja Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, konsumsi baja Indonesia mencapai 15,8 juta ton. Ke depan masih ada ruang pengembangan industri baja untuk tumbuh seiring dengan pertumbuhan pembangunan infratruktur di Indonesia.
"Kapasitas produksi di tahap pertama sebesar 1,5 juta ton Hot Rolled Coil (HRC) per tahun. Untuk tahap selanjutnya ditargetkan meningkat menjadi 4 juta ton HRC/tahun," kata Agus.
Produk HRC tersebut diharapkan dapat mengisi pasar baja nasional, terutama untuk supply chain otomotif dan pengembangan infrastruktur yang semakin didorong agar meningkat. "Kami percaya ini akan memberi kontribusi signifikan, khususnya bagi industri otomotif," ujar Menperin.
Agus meyakini, kinerja yang ditunjukkan Krakatau Steel saat ini dapat menjaga kepercayaan publik dan investor terhadap perusahaan baja kebanggaan Indonesia tersebut.
"Kami yakin KS dapat berkembang dan menjalankan bisnisnya dengan penuh kredibilitas, sehingga pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk perlindungan kepada perusahaan ini," ujarnya.
Dengan mulai meningkatnya kapasitas produksi baja Krakatau Steel, diharapkan bisa menurunkan tergantungan Indonesia terhadap impor besi dan baja. Seperti pada 2018 di mana impor besi dan baja menjadi salah satu pemicu melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik nilai impor besi dan baja sepanjang 2018 meningkat 28,31% menjadi US$ 10,25 miliar dibanding tahun sebelumnya dan berkontribusi sebesar 6,45% dari total impor nonmigas nasional.
Nilai tersebut merupakan yang tertinggi dibanding golongan barang (HS) lainnya seperti plastik dan barang dari plastik maupun kendaraan dan bagiannya seperti terlihat pada databoks di bawah ini.