J&T Express meluncurkan layanan pengiriman sehari sampai atau kurang dari dua hari yakni J&T Super. Perusahaan logistik ini menerapkan sejumlah prosedur untuk memastikan keamanan paket.
CEO J&T Express Robin Lo mengatakan, produk ini mengedepankan jaminan perjanjian tingkat layanan atau service level agreement (SLA) yang lebih cepat dan tepat. “Ini untuk bisa memenuhi permintaan pengiriman dengan urgensi dari kebutuhan pelanggan,” kata dia dalam siaran pers, Kamis (1/4).
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, paket dilapisi oleh papan karton tebal sehingga kemasan tidak rusak. Sedangkan barang sampai sekitar 10 jam.
Robin mengatakan, J&T Super memberikan jaminan perlindungan paket atau garansi tanpa biaya tambahan. Selain itu, proses klaim dalam 1x24 jam dan pengembalian ongkos kirim 100% apabila paket tidak sampai sesuai SLA pengiriman.
SLA yang dimaksud yakni pengiriman di bawah Pukul 10.00 WIB di kota yang sama, maka paket sampai sebelum 21.00 WIB. Apabila barang dikirim lebih dari Pukul 10.00 WIB, baik di dalam maupun luar kota, maka barang sampai di hari berikutnya sebelum 12.00 WIB.
Layanan tersebut tersedia di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor sejak kemarin (1/4). “Diharapkan layanan ini dapat melayani seluruh wilayah Indonesia secara bertahap,” kata Robin.
J&T Express memang berfokus pada bisnis online untuk memfasilitasi pelaku bisnis e-commerce. Meski begitu, J&T Super dapat digunakan melalui transaksi pengiriman non-market place. Selain itu, bisa dikirimkan melalui drop off dan pick up only dengan maksimal berat tiga kilogram.
Pada akhir tahun lalu, J&T Express juga menambah layanan J&T ECO khusus untuk pengiriman dengan harga ekonomis. Selain itu, meluncurkan layanan penerimaan paket mandiri J&T Jemari atau Jemput Paket Mandiri untuk memudahkan pelanggan yang ingin mengambil paket melalui drop point yang diinginkan.
Peluncuran layanan baru tersebut seiring dengan peningkataan penggunaan platform e-commerce. Studi Facebook dan Bain and Company menunjukkan bahwa jumlah konsumen digital di Indonesia diperkirakan naik dari 119 juta pada 2019 menjadi 137 juta tahun lalu. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini. Data ini menunjukan potensi transaksi yang dapat diraih oleh pedagang online, termasuk di e-commerce.
Sebelumnya, Robin mengatakan bahwa jumlah pengiriman barang e-commerce meningkat 40% secara tahunan (year on year/yoy) per kuartal III 2020. "Hal itu karena kebiasaan masyarakat yang berubah, dari sebelumnya berbelanja offline menjadi online," kata Robin saat konferensi pers virtual, September tahun lalu (1/9/2020).