Perilaku Penumpang Berubah Akibat Pandemi, Ini Langkah LRT

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Suasana aktivitas pembangunan proyek Light Rapid Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi atau Jabodebek di Jakarta, Kamis (17/12/2020). PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mencatat progres pembangunan proyek LRT Jabodebek Fase I hingga akhir November 2020 sudah mencapai 80 persen, dimana "U-Shaped Girder" sudah terpasang 100 persen.
14/4/2021, 15.20 WIB

Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku masyarakat dalam berkendara. Selain mobilitasnya menurun, masyarakat cenderung masih ragu untuk menggunakan transportasi umum.

Karenanya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan meminta seluruh pemangku kepentingan di sektor transportasi melakukan inovasi guna meraih kembali kepercayaan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.

Ia mengatakan, Kementerian Perhubungan akan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk memastikan transportasi umum tetap berjalan. Budi menambahakan, transportasi umum juga harus melakukan peningkatan layanan untuk memastikan keamanan, keselamatan dan kenyamanan penumpang saat melakukan perjalanan dengan transportasi umum.

“Saya yakin ini bisa terlaksana dan kita tetap menjaga agar angka penularan virus bisa terkendali,” kata Budi dalam Webinar Tranportasi yang diselenggarakan oleh PT LRT Jakarta, Rabu, (14/4).

Dalam upaya mencegah penularan virus corona, salah satu langkah penting adalah menghindari kepadatan. Karena itu, PT LRT Jakarta melakukan inovasi dengan mengembangkan konsep LRT Capacity Metric. Ini merupakan upaya kontrol manajemen untuk menghindari kerumunan yang ada di transportasi umum khususnya di LRT.

“Penumpang nantinya bisa mengetahui gambaran tentang situasi di kereta maupun di stasiun yang akan dilewati atau menjadi tujuan dari perjalanannya,” kata Wijanarko, Presiden Direktur PT LRT Jakarta.

Simak Databoks berikut: 

Konsep LRT Capacity Metric ini menggunakan beberapa data operasional, seperti ridership, timetable kapasitas stasiun dan kereta yang dielaborasi dengan penggunaan kamera cerdas untuk perhitungan kerumunan dan mapping mengenai kapasitas stasiun dan kereta.

Sistem ini akan membantu penumpang mengetahui kondisi tranportasi yang akan dipilih, apakah sedang low capacity, middle capacity atau high capacity. “Dengan cara ini penumpang dapat menghindari kerumunan dan tetap sehat,” ujarnya.

Wijanarko menjelaskan, data pantauan mengenai kapasitas stasiun dan kereta nantinya akan bisa diakses secara real time melalui aplikasi. Seperti halnya google map yang memiliki fitur untuk bisa memilih rute tercepat untuk perjalanan.

Selain mengembangkan konsep LRT Capacity Metric ini, PT LRT Jakarta juga sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. PT LRT menamakan program ini LRTJ BISA (bersih, inovatif, sehat dan aman).

Wijanarko berharap upaya-upaya yang sudah dan sedang dilakukan PT LRT Jakarta dapat membangun kepercayaan calon penumpang untuk kembali memanfaatkan jasa transportasi publik khususnya di DKI Jakarta.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi